Sejarah singkat kalender Islam

 Kalender Hijriyah memiliki peranan penting dalam kehidupan umat Muslim. Selain digunakan untuk menentukan waktu ibadah dan perayaan keagamaan, kalender ini juga menjadi simbol dan identitas yang mengikat seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia. Kehadirannya memiliki sejarah yang kaya dan bermakna, yang berawal dari era Rasulullah s.a.w dan para Sahabat.



Pada abad ke-7 M, setelah wafatnya Rasulullah s.a.w, para Sahabat Nabi menyadari pentingnya memiliki suatu sistem penanggalan yang jelas dan teratur. Inilah saat kalender Hijriyah mulai digunakan sebagai panduan dan acuan bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan kalender ini juga semakin berkembang seiring dengan berdirinya Kekhalifahan Islam, di mana tanggal-tanggal dalam kalender menjadi sangat penting dalam pembuatan keputusan hukum, perjanjian, dan dokumen penting lainnya. Adanya urutan bulan dan hari yang teratur di dalam kalender memudahkan mereka dalam komunikasi dan menjaga ketertiban.


Meskipun sudah ada kesepakatan mengenai bulan-bulan dan hari-hari dalam kalender, para Sahabat tetap menghadapi tantangan dalam mencatat peristiwa secara tahunan. Terkadang, mereka mengalami kesulitan mengetahui tahun mana yang dimaksudkan ketika sebuah peristiwa atau dokumen tidak memiliki tanggal yang lengkap. Untuk mengatasi masalah ini, mereka perlu menentukan titik awal suatu era yang bisa digunakan sebagai acuan.


Beberapa tokoh sejarah, seperti al-Shaʿbi dan al-Biruni, telah menunjukkan bahwa manusia selalu menggunakan peristiwa-peristiwa penting sebagai titik acuan dalam menetapkan era. Dalam budaya Arab pra-Islam, mereka menggunakan peristiwa seperti kematian Kaʿab ibn Luʾayy, Tahun Gajah (ʿAm al-Fil), dan Harb al-Fijar sebagai acuan waktu.


Salah satu momen bersejarah dalam penentuan titik awal era Islam terjadi pada masa Kekhalifahan Umar. Pada saat itu, Umar dan para sahabatnya melakukan diskusi tentang bagaimana cara mencatat peristiwa-peristiwa tersebut. Mereka sepakat untuk mengadopsi cara penulisan tanggal yang digunakan oleh bangsa asing, yaitu dengan menuliskan “di bulan ini tahun ini”. Namun, muncul pertanyaan mengenai tahun mana yang harus dijadikan titik awal.


Beberapa orang menyarankan untuk menggunakan waktu wahyu pertama kepada Nabi Muhammad sebagai titik awal. Sementara itu, yang lainnya mengusulkan untuk menggunakan wafatnya Nabi sebagai titik awal era Islam. Setelah diskusi yang panjang, akhirnya mereka sepakat untuk menggunakan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah sebagai titik awal era dalam perhitungan tahun Hijriyah.


Hijrah memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim. Selain menjadi pemisah antara masa kehidupan Nabi Muhammad di Makkah dan di Madinah, Hijrah juga merupakan awal dari pembentukan komunitas Muslim yang kuat dan menandai langkah awal dalam membangun fondasi Islam sebagai agama dan sistem kehidupan yang komprehensif. Oleh karena itu, penggunaan hijrah sebagai titik awal era Islam memberikan landasan yang kokoh bagi umat Muslim untuk mengukur waktu dan mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Islam.


Dengan menetapkan titik awal era ini, kalender Hijriyah menjadi lebih dari sekadar alat pengukur waktu. Ia menjadi lambang identitas dan warisan umat Muslim. Para Sahabat Nabi dengan penuh kesadaran memahami pentingnya menjaga ketertiban dan konsistensi dalam penggunaan kalender ini. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa perintah Allah dan Rasul-Nya tetap terjaga dan diteruskan dengan baik oleh seluruh umat Muslim.


Tak hanya itu, nama "Hijriyah" yang diambil dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, juga memiliki makna yang mendalam. Peristiwa Hijrah ini menandai perpindahan Nabi s.a.w dan para Sahabatnya ke Madinah untuk membentuk sebuah negara Islam yang baru. Keputusan untuk menggunakan hijrah sebagai titik awal era dalam perhitungan tahun Hijriyah adalah hasil dari pertimbangan dan kesepakatan para Sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad.


Dengan mengetahui dan memahami sejarah perhitungan tahun Hijriyah yang berakar dari peristiwa Hijrah, umat Muslim dapat lebih menghargai dan merayakan perayaan-perayaan keagamaan dalam konteks yang lebih mendalam. Selain itu, mereka juga diingatkan akan komitmen untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad dan para Sahabat dalam menjaga keutuhan umat Muslim dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kalender Hijriyah, dengan seluruh makna dan simboliknya, tetap menjadi penanda identitas dan fondasi yang kuat bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.