Malaikat Diperintahkan Bersujud Kepada Adam - Adam Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Adam salah satunya dijelaskan melalui topik Malaikat Diperintahkan Bersujud Kepada Adam, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.

QS. Al-Baqarah (2:34)

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah! (Ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!") Maksudnya sujud sebagai penghormatan dengan cara membungkukkan badan, (maka mereka pun sujud, kecuali Iblis) yakni nenek moyang bangsa jin yang ada di antara para malaikat, (ia enggan) tak hendak sujud (dan menyombongkan diri) dengan mengatakan bahwa ia lebih mulia daripada Adam (dan Iblis termasuk golongan yang kafir) dalam ilmu Allah Taala.

Tafsir Tahlili Kemenag

وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ ٦ (الرحمن) Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya). (ar-Raḥmān/55: 6) وَلِلّٰهِ يَسْجُدُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa ... (ar-Ra‘d/13: 15) Sujud para malaikat kepada Adam a.s. sebagai penghormatan dan pernyataan tunduk kepadanya, bukan untuk beribadah. Perintah Allah swt kepada mereka untuk sujud kepada Adam menunjukkan kelebihan Adam dari mereka, sehingga ia benar-benar lebih berhak dijadikan khalifah di bumi. Mengenai asal usul kejadian Adam, malaikat dan Iblis, disebutkan bahwa Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah dan malaikat diciptakan dari cahaya (nūr),\[6\] sedang jin, Iblis dan setan diciptakan dari api (nār). Iblis dan setan selalu membisikkan kepada manusia hal-hal yang tidak benar untuk menggoda dan menyesatkannya dari jalan yang lurus. Bahkan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama telah digoda untuk melanggar larangan Allah swt. Iblis bukanlah termasuk jenis malaikat, melainkan suatu makhluk dari bangsa jin. Iblis itu pada mulanya pernah berada dalam kalangan malaikat, bergaul dengan mereka dan mempunyai sifat-sifat seperti mereka pula, walaupun asal kejadiannya berbeda dari asal kejadian malaikat. Buktinya ialah firman Allah swt pada akhir ayat tersebut yang menerangkan bahwa ketika Allah swt memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s., maka mereka semuanya patuh, kecuali Iblis. Jadi teranglah bahwa Iblis itu bukanlah dari kalangan malaikat, sebab malaikat selalu patuh dan taat kepada perintah Allah dan tidak pernah membangkang. Arti harfiah “iblis” yaitu “putus asa”, “membangkang”, “diam”, atau “menyesal”. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ اَفَتَتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗٓ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّۗ بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا ٥٠ (الكهف) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ”Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya...(al-Kahf/18: 50) Iblis, sama halnya dengan jin dan setan, diciptakan Allah dari api. Iblis menganggap bahwa api lebih mulia daripada tanah. Sebab itu ia memandang dirinya lebih mulia daripada Adam, sebab Adam diciptakan Allah dari tanah. Itulah sebabnya Iblis menolak bersujud kepada Adam. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Iblis itu termasuk jenis malaikat juga, sebab perintah Allah kepada malaikat agar bersujud kepada Adam a.s. adalah ditujukan kepada semua malaikat. Lalu disebutkan, bahwa para malaikat itu semua bersujud kepada Adam a.s., kecuali Iblis. Memang benar, bahwa sifat yang asli dari para malaikat adalah patuh dan taat kepada Allah swt. Namun demikian tidaklah mustahil bahwa sebagian atau salah satu dari mereka ada yang bersifat durhaka, sebagai sifat yang datang kemudian. Itulah Iblis. Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah menanyakan kepada Iblis apa alasannya untuk tidak bersujud kepada Adam. Allah berfirman: قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ ٧٥ (ص) (Allah) berfirman, ”Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (ṣād/38:75) Allah menceritakan jawaban Iblis: قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ ٧٦ (ص) (Iblis) berkata, ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Ṣād/38:76) Iblis enggan mematuhi perintah Allah yang menyuruh sujud kepada Adam, dan ia bersikap angkuh karena ia merasa dirinya lebih mulia dan lebih berhak dari Adam untuk dijadikan khalifah. Karena Iblis menolak perintah Allah berdasarkan anggapannya itu, maka ia termasuk makhluk yang kafir kepada Allah. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Iblis adalah makhluk yang pertama-tama mengingkari perintah Allah. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Iblis merupakan asal dari semua jin, sebagaimana Adam asal dari semua manusia. Jin itu mempunyai keturunan. Mereka penghuni bumi sebelum Adam diciptakan Allah dan mereka telah berbuat kerusakan di bumi. Itulah sebabnya, ketika Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi, para malaikat berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan khalifah di bumi orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah? Jadi malaikat mengira bahwa manusia pun akan berbuat seperti jin ketika mereka berkuasa di bumi.

QS. Al-A'raf (7:11)

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ

11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya Kami telah menciptakanmu) maksudnya ayah kamu yaitu Adam (lalu Kami bentuk tubuhmu) Kami membentuk tubuhnya sedangkan kamu masih berada di dalam sulbinya (kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam,") sebagai penghormatan, yaitu dengan menundukkan punggung (maka mereka pun bersujud kecuali iblis) yaitu kakek moyang bangsa jin yang ada di antara malaikat (dia tidak termasuk mereka yang bersujud).

Tafsir Tahlili Kemenag

Ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang fase ini sebagaimana yang terdapat pada Surah al-Kahf/18: 37, al-Ḥajj/22: 5, ar-Rūm/30: 20, Fāṭir/35: 11, Gāfir/40: 67, dan Āli ‘Imrān/3: 59. Dua dari enam tempat tersebut berada pada surah Madaniyah, yaitu Āli ‘Imrān/3 dan al-Ḥajj/22, selebihnya adalah pada surah-surah Makiyah. Salah satu di antara ayat-ayat tersebut adalah: اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ٥٩ Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Āli ‘Imrān/3: 59). Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan dari Abu Dāud dan at-Tirmiżī disebutkan bahwa tanah yang menjadi bahan pokok untuk menciptakan Adam adalah diambil dari berbagai macam dan warna tanah yang terdapat pada seluruh lapisan tanah. Dalam hadis tersebut disebutkan: اِنَّ اللهَ تَعَالى خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبْضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلى قَدَرِ الأَرْضَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ وَالأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ Allah menciptakan Adam dari satu genggaman (tanah) yang diambil dari seluruh penjuru bumi. Oleh karena itu, keturunan Adam sesuai dengan (warna) bumi. Di antara mereka ada yang berwarna merah, putih dan hitam (al-Khāzin II: 118). Watak manusia juga berbeda, ada yang lemah lembut dan adapula yang keras. Bermacam warna kulit manusia ditegaskan pada Surah ar-Rūm/30: 22 yang berbunyi: وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ ٢٢ Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (ar-Rūm/30: 22) Fase Kedua: Fase Tanah yang bercampur air (ṭīn) Fase kedua ini terdapat pada 8 tempat di 7 surah, yaitu: al-An‘ām/6: 2, al-A‘rāf/7: 12, al-Mu′minūn/23: 12, as-Sajdah/32: 7, aṣ-Ṣāffāt/37: 11, Ṣād/38: 71, 76, dan al-Isrā′/17: 61. Seluruhnya adalah surah-surah Makiyah. Salah satu di antara ayat-ayat tersebut ialah: هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰٓى اَجَلًا Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu)... (al-An‘ām/6: 2). Fase ṭīn atau tanah liat adalah fase dimana setelah tanah dicampur dengan air. Karena air adalah prasyarat bagi semua makhluk yang hidup. Fase Ketiga: Fase Lumpur hitam (Ḥama′ Masnūn) Fase ini terjadi setelah fase kedua berlangsung lama sehingga menjadi Lumpur hitam yang berbau dan berubah bentuk. Fase ini disebutkan tiga kali dalam Surah al-Ḥijr/15, yaitu pada ayat 26, 28 dan 33. Ayat 26 berbunyi: وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ ٢٦ Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (al-Ḥijr/15: 26). Fase Keempat: Fase Tembikar (Ṣalṣal kal Fakhkhār) Fase ini diceritakan oleh Al-Qur′an pada empat tempat. Tiga tempat pada Surah al-Ḥijr yang bersamaan dengan fase ketiga. Sedangkan yang keempat terdapat pada Surah ar-Raḥmān/55: 14. Dalam surah ini, Allah berfirman: خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ ١٤ Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. (ar-Raḥmān/55: 14) Lumpur hitam (hama′ masnūn) seperti pada fase ketiga, lalu diberi bentuk sebagaimana manusia dalam keadaan berlubang atau kosong. Bentuk manusia yang diciptakan Allah adalah bentuk yang terbaik dari hewan-hewan yang ada. Dalam Surah At-Tīn/95: 4, Allah berfirman: لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤ Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(at-Tīn/95: 4). Keadaan ini (calon manusia yang sudah dibentuk) jika kering karena panas matahari misalnya, dinamakan Ṣalṣāl. Dinamakan demikian karena benda ini jika tertiup angin akan bersuara (Ṣalṣalah). Setelah fase ini, barulah masuk fase berikutnya, yaitu fase penghembusan roh dimana “orang-orangan” dari tanah liat itu, atas izin Allah, akhirnya menjadi manusia yang hidup dan bisa bergerak yang disebut dengan “basyar” (al-Khāzin III: 64, al-Marāgī XIV: 21).

QS. Al-Hijr (15:29)

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Tafsir Jalalain

(Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya) telah merampungkan bentuknya (dan Aku telah meniupkan) maksudnya telah mengalirkan (ke dalam tubuhnya roh ciptaan-Ku) sehingga ia menjadi hidup; diidhafatkannya lafal ruuh kepada-Nya sebagai penghormatan kepada Adam (maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud) yaitu sujud penghormatan dengan cara membungkuk.

Tafsir Tahlili Kemenag

Perintah Allah ini dilaksanakan oleh para malaikat dengan patuh dan khidmat, kecuali Iblis. Ia enggan bersujud kepada Adam, karena ia merasa dirinya lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Ia diciptakan dari api, sedang Adam diciptakan dari tanah. Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa penciptaan Adam dan peristiwa pengingkaran Iblis terhadap perintah Allah serta ketaatan dan keikhlasan malaikat melaksanakan perintah itu menggambarkan watak dari ketiga macam makhluk Allah tersebut. Malaikat diciptakan sebagai makhluk yang selalu tunduk dan patuh kepada perintah Allah, tidak pernah mengingkarinya sedikit pun. Oleh karena itu, malaikat dijadikan Allah sebagai pengawal dan pengatur bumi dengan izin-Nya, dan diperintahkan tunduk kepada Adam beserta keturunannya. Adapun manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Penggabungan kedua macam unsur ini menyebabkan manusia mempunyai potensi untuk mengambil manfaat dari bumi seluruhnya dengan pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Terbuka berbagai kemungkinan baginya untuk berbuat dan bekerja guna memenuhi dan melengkapi kebutuhan yang diperlukannya dengan menggali dan mengambilnya dari perbendaharaan Allah swt. Dengan potensi diri dan ilmu pengetahuan, manusia dapat memanfaatkan air, udara, barang tambang, tumbuh-tumbuhan, binatang ternak, garis edar planet-planet, kekuatan listrik, kekuatan atom, dan sebagainya. Dengan demikian, tampaklah kelebihan manusia dari malaikat dan setan sebagai-mana yang dapat dipahami dari jawaban Allah kepada para malaikat waktu Adam a.s. akan diciptakan Allah. Allah swt berfirman: وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, ”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah/2: 30) Di atas telah diterangkan keingkaran Iblis yang tidak mau mengikuti perintah Allah agar sujud kepada Adam. Diterangkan pula berbagai alasan yang dikemukakan Iblis sehubungan dengan keingkarannya itu. Sikap Iblis yang demikian menunjukkan kebodohan dan kefasikannya, karena: 1. Ia menentang perintah Tuhannya, sebagaimana yang dipahami dari jawabannya. 2. Ia mengemukakan alasan-alasan yang sangat lemah. Alasan-alasan itu menunjukkan kebodohannya sendiri. 3. Ia tidak mau mengikuti perintah Allah dengan mengatakan bahwa ia lebih baik dari Adam. 4. Alasan yang dikemukakan bahwa ia lebih baik dari Adam merupakan pendapatnya sendiri tanpa alasan yang dapat diterima oleh akal pikiran.

QS. Al-Isra (17:61)

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ قَالَ ءَاَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِيْنًاۚ

61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"

Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah (tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam.") dengan sujud penghormatan yaitu dengan membungkukkan badan (lalu sujudlah mereka kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah liat?") lafal thiinan ini dinashabkan dengan cara mencabut huruf jarnya, yang asalnya adalah min thiinin; artinya dari tanah liat.

Tafsir Tahlili Kemenag

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ ٧٦ (ص) (Iblis) berkata, ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Ṣād/38: 76) Iblis menjadi kafir karena tidak menaati perintah Allah dan bersikap sombong. Ia beranggapan bahwa Allah swt telah memerintahkan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Anggapan Iblis yang demikian hanyalah khayalannya sendiri. Anggapannya bahwa api lebih mulia dari tanah adalah anggapan yang tidak benar, karena api dan tanah sama-sama makhluk Allah. Allah yang menciptakannya dari tiada, kemudian melebihkan kegunaannya dari yang satu atas yang lain, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Api bisa membakar, sementara tanah bisa menumbuhkan. Keduanya menjadi penunjang kehidupan manusia. Jadi secara kodrati, keduanya tidak bisa dilebihkan antara satu dengan yang lain. Keduanya mempunyai kelebihan masing-masing.

Topik "Malaikat Diperintahkan Bersujud Kepada Adam" menunjukkan bagian penting dari tema "Adam", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url