Sumpah Allah Ttg Kebenaran Al-qur‟an - Allah Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Allah salah satunya dijelaskan melalui topik Sumpah Allah Ttg Kebenaran Al-qur‟an, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.

QS. Al-Waqi'ah (56:75)

۞ فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ

75. Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.

Tafsir Jalalain

(Maka Aku bersumpah) huruf Laa di sini adalah Zaidah (dengan nama tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang) tempat-tempat bintang-bintang tenggelam.

Tafsir Tahlili Kemenag

Masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an tersebut mengandung arti penting, kebijaksanaan turunnya sebagian-sebagian yaitu tiap surah atau tiap ayat antara lain ialah agar tiap surah atau ayat itu dapat dimengerti secara lebih luas dan lebih mendalam.

Allah menegaskan bahwa sumpah dalam bagian-bagian Al-Qur’an tersebut sangat besar artinya, karena hal itu mengandung isyarat terhadap agungnya kekuasaan Allah dan kesempurnaan kebijaksanaan-Nya dan keluasan rahmat-Nya dan tidak menyia-nyiakan hamba-Nya.

Dalam ayat 75, Allah bersumpah untuk meyakinkan terhadap hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya terhadap alam jagat raya ini, yakni suatu “tempat beredarnya bintang-bintang.”

Andaikan ketika manusia mampu melihat, bagaimana teraturnya bintang-bintang yang selalu bergerak pada orbitnya masing-masing dengan aman dan serasi, tentulah mereka akan berpendapat lain.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, barulah diketahui betapa banyaknya kumpulan bintang-bintang di angkasa raya yang tidak terhitung jumlahnya. Para pakar astrofisika dan astronomi menjelaskan bahwa mata telanjang tidak akan mungkin mampu melihat isi jagat yang luas tidak berbatas.

Sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Bima Sakti pun itu hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui, subḥānallah!

Semua bintang-bintang itu beredar pada orbitnya, termasuk matahari kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ ٣٨

Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui. (Yāsīn36: 38)

Berdasarkan pengamatan para pakar, matahari bergerak dalam kecepatan yang tinggi kira-kira 720, 000 km per jam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu dalam sistem Solar Apex. Bersama-sama dengan matahari, dan semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem Tata Surya (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama.

Semua benda-benda langit ini bergerak menempati orbit-orbit yang telah dihisab (diperhitungkan). Untuk berapa juta tahun, semuanya 'berenang' melintasi orbit masing-masing dalam keseimbangan dan susunan yang sempurna bersama-sama dengan yang lain.

Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang besar dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya.

Bagaimanapun, hal ini secara jelas diterangkan kepada manusia dalam Al-Qur’an yang diwahyukan ketika itu, karena Al-Qur’an sebenarnya adalah kalam dari Sang Penguasa, Yang Maha Menjaga dan Memelihara Kestabilan Alam Semesta ini.

QS. Al-Waqi'ah (56:76)

وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ

76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya sumpah itu) sumpah dengan memakai namanya ita (adalah sumpah yang besar kalau kalian mengetahui) jika kalian termasuk orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan niscaya kalian mengetahui besarnya sumpah ini.

Tafsir Tahlili Kemenag

Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauḥ Maḥfūẓ ke langit paling dekat pada malam Lailatul Qadar (malam yang sangat mulia). Kemudian, diturunkan lagi secara berangsur-angsur menurut keperluannya dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw hingga selesai seluruhnya dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an tersebut mengandung arti penting, kebijaksanaan turunnya sebagian-sebagian yaitu tiap surah atau tiap ayat antara lain ialah agar tiap surah atau ayat itu dapat dimengerti secara lebih luas dan lebih mendalam.

Allah menegaskan bahwa sumpah dalam bagian-bagian Al-Qur’an tersebut sangat besar artinya, karena hal itu mengandung isyarat terhadap agungnya kekuasaan Allah dan kesempurnaan kebijaksanaan-Nya dan keluasan rahmat-Nya dan tidak menyia-nyiakan hamba-Nya.

Dalam ayat 75, Allah bersumpah untuk meyakinkan terhadap hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya terhadap alam jagat raya ini, yakni suatu “tempat beredarnya bintang-bintang.”

Andaikan ketika manusia mampu melihat, bagaimana teraturnya bintang-bintang yang selalu bergerak pada orbitnya masing-masing dengan aman dan serasi, tentulah mereka akan berpendapat lain.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, barulah diketahui betapa banyaknya kumpulan bintang-bintang di angkasa raya yang tidak terhitung jumlahnya. Para pakar astrofisika dan astronomi menjelaskan bahwa mata telanjang tidak akan mungkin mampu melihat isi jagat yang luas tidak berbatas.

Sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Bima Sakti pun itu hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui, subḥānallah!

Semua bintang-bintang itu beredar pada orbitnya, termasuk matahari kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ ٣٨

Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui. (Yāsīn36: 38)

Berdasarkan pengamatan para pakar, matahari bergerak dalam kecepatan yang tinggi kira-kira 720, 000 km per jam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu dalam sistem Solar Apex. Bersama-sama dengan matahari, dan semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem Tata Surya (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama.

Semua benda-benda langit ini bergerak menempati orbit-orbit yang telah dihisab (diperhitungkan). Untuk berapa juta tahun, semuanya 'berenang' melintasi orbit masing-masing dalam keseimbangan dan susunan yang sempurna bersama-sama dengan yang lain.

Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang besar dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya.

Bagaimanapun, hal ini secara jelas diterangkan kepada manusia dalam Al-Qur’an yang diwahyukan ketika itu, karena Al-Qur’an sebenarnya adalah kalam dari Sang Penguasa, Yang Maha Menjaga dan Memelihara Kestabilan Alam Semesta ini.

QS. Al-Waqi'ah (56:77)

اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya ini) yakni yang dibacakan kepada kalian (adalah Alquran yang sangat mulia).

Tafsir Tahlili Kemenag

Mengenai ayat 79, sebagian ahli tafsir berbeda pendapat.

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩

Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. (al- Wāqi‘ah56: 79)

Jumhur ulama mengistimbatkan bahwa ayat 79 ini melarang orang-orang yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar, menyentuh atau memegang mushaf Al-Qur’an, berdasarkan hadis Muāż bin Jabal, Rasul bersabda, “Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang suci.” Pendapat inilah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

Ada dua pendapat tentang hukum menyentuh mushaf yaitu:

1. Imam empat mazhab berpendapat tidak boleh menyentuh mushaf tanpa wudu. Menurut Imam Nawawi, firman Allah: lā yamassuhu illal-muṭahharūn bermakna tidak menyentuh mushaf ini kecuali orang suci dari hadas.

2. Mazhab aẓ-Żahiri berpendapat boleh menyentuh mushaf tanpa wudu dengan alasan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim surat yang ada ayat Al-Qur’annya kepada Heraklius padahal dia non muslim dan tidak berwudu. Anak kecil membawa tempat menulis Al-Qur’an dan buku yang ada tulisan Al-Qur’an diperbolehkan oleh para ulama.

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an ini sesungguhnya diturunkan dari Tuhan yang menguasai alam semesta. Sebagai pedoman hidup untuk dibaca, dihafal, dipahami dan diamalkan. Maka sungguh sesatlah orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur’an ini sihir atau syair.

QS. Al-Waqi'ah (56:78)

فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

Tafsir Jalalain

(Pada Kitab) yang tertulis dalam Kitab (yang terpelihara) yang dijaga, maksudnya Mushhaf Alquran.

Tafsir Tahlili Kemenag

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan lain-lain. Al-Qur’an terjamin kesuciannya, hanya Malaikat al-Muqarrabīn yang pernah menyentuhnya dari Lauḥ Maḥfūẓ, yaitu Malaikat Jibril yang ditugaskan menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw.

Mengenai ayat 79, sebagian ahli tafsir berbeda pendapat.

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩

Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. (al- Wāqi‘ah56: 79)

Jumhur ulama mengistimbatkan bahwa ayat 79 ini melarang orang-orang yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar, menyentuh atau memegang mushaf Al-Qur’an, berdasarkan hadis Muāż bin Jabal, Rasul bersabda, “Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang suci.” Pendapat inilah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

Ada dua pendapat tentang hukum menyentuh mushaf yaitu:

1. Imam empat mazhab berpendapat tidak boleh menyentuh mushaf tanpa wudu. Menurut Imam Nawawi, firman Allah: lā yamassuhu illal-muṭahharūn bermakna tidak menyentuh mushaf ini kecuali orang suci dari hadas.

2. Mazhab aẓ-Żahiri berpendapat boleh menyentuh mushaf tanpa wudu dengan alasan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim surat yang ada ayat Al-Qur’annya kepada Heraklius padahal dia non muslim dan tidak berwudu. Anak kecil membawa tempat menulis Al-Qur’an dan buku yang ada tulisan Al-Qur’an diperbolehkan oleh para ulama.

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an ini sesungguhnya diturunkan dari Tuhan yang menguasai alam semesta. Sebagai pedoman hidup untuk dibaca, dihafal, dipahami dan diamalkan. Maka sungguh sesatlah orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur’an ini sihir atau syair.

QS. Al-Waqi'ah (56:79)

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۗ

79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Tafsir Jalalain

(Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci) yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas.

Tafsir Tahlili Kemenag

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan lain-lain. Al-Qur’an terjamin kesuciannya, hanya Malaikat al-Muqarrabīn yang pernah menyentuhnya dari Lauḥ Maḥfūẓ, yaitu Malaikat Jibril yang ditugaskan menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw.

Mengenai ayat 79, sebagian ahli tafsir berbeda pendapat.

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩

Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. (al- Wāqi‘ah56: 79)

Jumhur ulama mengistimbatkan bahwa ayat 79 ini melarang orang-orang yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar, menyentuh atau memegang mushaf Al-Qur’an, berdasarkan hadis Muāż bin Jabal, Rasul bersabda, “Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang suci.” Pendapat inilah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

Ada dua pendapat tentang hukum menyentuh mushaf yaitu:

1. Imam empat mazhab berpendapat tidak boleh menyentuh mushaf tanpa wudu. Menurut Imam Nawawi, firman Allah: lā yamassuhu illal-muṭahharūn bermakna tidak menyentuh mushaf ini kecuali orang suci dari hadas.

2. Mazhab aẓ-Żahiri berpendapat boleh menyentuh mushaf tanpa wudu dengan alasan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim surat yang ada ayat Al-Qur’annya kepada Heraklius padahal dia non muslim dan tidak berwudu. Anak kecil membawa tempat menulis Al-Qur’an dan buku yang ada tulisan Al-Qur’an diperbolehkan oleh para ulama.

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an ini sesungguhnya diturunkan dari Tuhan yang menguasai alam semesta. Sebagai pedoman hidup untuk dibaca, dihafal, dipahami dan diamalkan. Maka sungguh sesatlah orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur’an ini sihir atau syair.

QS. Al-Waqi'ah (56:80)

تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ

80. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.

Tafsir Jalalain

(Diturunkan) ia diturunkan (dari Rabb semesta alam).

Tafsir Tahlili Kemenag

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan lain-lain. Al-Qur’an terjamin kesuciannya, hanya Malaikat al-Muqarrabīn yang pernah menyentuhnya dari Lauḥ Maḥfūẓ, yaitu Malaikat Jibril yang ditugaskan menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw.

Mengenai ayat 79, sebagian ahli tafsir berbeda pendapat.

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩

Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. (al- Wāqi‘ah56: 79)

Jumhur ulama mengistimbatkan bahwa ayat 79 ini melarang orang-orang yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar, menyentuh atau memegang mushaf Al-Qur’an, berdasarkan hadis Muāż bin Jabal, Rasul bersabda, “Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang suci.” Pendapat inilah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

Ada dua pendapat tentang hukum menyentuh mushaf yaitu:

1. Imam empat mazhab berpendapat tidak boleh menyentuh mushaf tanpa wudu. Menurut Imam Nawawi, firman Allah: lā yamassuhu illal-muṭahharūn bermakna tidak menyentuh mushaf ini kecuali orang suci dari hadas.

2. Mazhab aẓ-Żahiri berpendapat boleh menyentuh mushaf tanpa wudu dengan alasan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim surat yang ada ayat Al-Qur’annya kepada Heraklius padahal dia non muslim dan tidak berwudu. Anak kecil membawa tempat menulis Al-Qur’an dan buku yang ada tulisan Al-Qur’an diperbolehkan oleh para ulama.

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an ini sesungguhnya diturunkan dari Tuhan yang menguasai alam semesta. Sebagai pedoman hidup untuk dibaca, dihafal, dipahami dan diamalkan. Maka sungguh sesatlah orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur’an ini sihir atau syair.

QS. Al-Waqi'ah (56:81)

اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَۙ

81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?

Tafsir Jalalain

(Maka apakah terhadap firman ini) Alquran ini (kalian menganggapnya remeh?) meremehkan dan mendustakannya

Tafsir Tahlili Kemenag

Dalam ayat yang lain yang sama maksudnya, Allah berfirman:

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ اِلَّا مُكَاۤءً وَّتَصْدِيَةً

Dan salat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. (al-Anfāl8: 35)

Topik "Sumpah Allah Ttg Kebenaran Al-qur‟an" menunjukkan bagian penting dari tema "Allah", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url