Dalil Keesaan Allah - Esa Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Esa salah satunya dijelaskan melalui topik Dalil Keesaan Allah, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.

QS. Al-Ikhlas (112:1)

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.

Tafsir Jalalain

(Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Esa") lafal Allah adalah Khabar dari lafal Huwa, sedangkan lafal Ahadun adalah Badal dari lafal Allah, atau Khabar kedua dari lafal Huwa.

Tafsir Tahlili Kemenag

Pada ayat ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan suatu apa pun. Keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada

QS. Al-Ikhlas (112:2)

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Tafsir Jalalain

(Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu) lafal ayat ini terdiri dari Mubtada dan Khabar; artinya Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu untuk selama-lamanya.

Tafsir Tahlili Kemenag

Allah menambahkan dalam ayat ini penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.

QS. Al-Ikhlas (112:3)

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

Tafsir Jalalain

(Dia tiada beranak) karena tiada yang menyamai-Nya (dan tiada pula diperanakkan) karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya.

Tafsir Tahlili Kemenag

Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), “Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?” Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)? Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, “Allah mempunyai anak.” Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta. (aṣ-Ṣāffāt37: 149-152)

Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Dengan demikian, Dia tidak sama dengan makhluk. Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sebutkan.

Ibnu ‘Abbās berkata, “Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa al-Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah.

QS. Al-Ikhlas (112:4)

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

Tafsir Jalalain

(Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia) atau yang sebanding dengan-Nya, lafal Lahu berta'alluq kepada lafal Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.

Tafsir Tahlili Kemenag

Dalam sebuah hadis disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِيْ صَلاَتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِـ ﴿قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ﴾ فَلَمَّا رَجَعُوْا ذُكِرَ ذٰلِكَ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوْهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذٰلِكَ فَسَأَلُوْهُ فَقَالَ لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمٰنِ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللّٰهَ يُحِبُّهُ. (رواه مسلم)

Dari ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw. pernah mengutus seorang laki-laki dalam suatu peperangan. Ketika salat bersama sahabat-sahabatnya, laki-laki itu membaca surah dan mengakhirinya dengan “Qul Huwallahu Aḥad.” Pada saat mereka kembali, hal itu disampaikan kepada Rasulullah saw. Rasul berkata, “Tanyakan kepadanya apa maksud dari perbuatannya itu.” Mereka pun menanyakannya. Laki-laki itu menjawab, “Itu adalah sifat Allah Yang Maha Penyayang. Saya suka membacanya.” Rasulullah saw. bersabda, “beritahukanlah dia, bahwa Allah mencintainya.” (Riwayat Muslim)

QS. Al-An'am (6:1)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ ەۗ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ

1. Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

Tafsir Jalalain

(Segala puji) yaitu ungkapan tentang sifat yang baik lagi tetap (bagi Allah) apakah yang dimaksud dengan pemberitaan dalam bentuk ini sebagai ungkapan rasa iman terhadap-Nya ataukah hanya sebagai panjatan puji kepada-Nya atau memang untuk maksud keduanya? Memang mengandung beberapa hipotesis akan tetapi hipotesis yang paling banyak faedahnya ialah yang ketiga, demikianlah menurut pendapat Syekh di dalam surah Al-Kahfi (Yang telah menciptakan langit dan bumi) Allah menyebutkan keduanya secara khusus mengingat keduanya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling besar di mata orang-orang yang menyaksikannya (dan mengadakan) menjadikan (gelap dan terang) artinya setiap yang gelap dan terang; pengungkapan kata gelap dengan bentuk jamak sedangkan untuk terang tidak karena gelap itu mempunyai banyak penyebabnya. Hal ini merupakan sebagian dari bukti-bukti keesaan-Nya (namun orang-orang yang kafir) sekalipun dengan adanya bukti ini (terhadap Tuhan mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya) mereka menyamakan selain Allah dalam hal ibadah.

Tafsir Tahlili Kemenag

Allah membuka Surah al-An‘ām dengan memberi petunjuk kepada manusia bahwa segala pujian hanyalah bagi Allah, Pencipta langit, bumi dan segala isinya, serta menerangkan kepada manusia ada jalan kegelapan, yaitu jalan yang diikuti oleh orang-orang yang sesat seperti menganggap makhluk-makhluk ciptaan Allah sebagai tuhan. Allah juga menunjukkan jalan yang terang dan cahaya yang benar, yaitu mengesakan Allah dan menghindari sikap dan anggapan yang menuju ke arah syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya. Tetapi orang-orang yang ingkar kepada Allah lebih suka memilih jalan yang tidak benar, yaitu yang mengarah kepada syirik dan kegelapan.

QS. Al-An'am (6:2)

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰٓى اَجَلًا ۗوَاَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهٗ ثُمَّ اَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ

2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

Tafsir Jalalain

(Dialah Yang menciptakanmu dari tanah) dengan diciptakan-Nya ayah kamu Adam dari tanah (sesudah itu ditentukan-Nya ajal) bagi kamu, setelah sampai pada ajal itu kamu akan mati (dan ajal lain yang ditentukan) ditetapkan (di sisi-Nya) untuk membangkitkan kamu dari kematian (kemudian kamu) hai orang-orang kafir (masih tidak percaya tentang berbangkit itu) kamu masih meragukan tentang adanya hari berbangkit padahal sebelumnya kamu telah mengetahui, bahwa Dialah yang mulai menciptakanmu. Dan siapa yang mampu menciptakan berarti Dia lebih mampu untuk mengembalikan ke asalnya.

Tafsir Tahlili Kemenag

Setelah memaparkan pendapat scientist seputar penciptaan manusia dari tanah timbul pertanyaan, jika Allah kuasa menciptakan sel hidup dari zat-zat mati, mengapa Allah tidak kuasa membangkitkan manusia pada hari Kiamat? Bukankah pada proses kejadian manusia itu sendiri terdapat bukti nyata yang menunjukkan kekuasaan Allah untuk mengadakan hari kebangkitan? Allah menentukan pula dua peristiwa untuk manusia yang tak dapat dielakkan, yaitu waktu kematiannya dan waktu kebangkitannya dari kubur. Baik waktu yang ditetapkan untuk kematian maupun untuk kebangkitan tidak ada yang mengetahui kecuali Allah.

Meskipun orang-orang musyrik mengetahui kejadian diri mereka dengan gamblang dan terbatasnya umur mereka, yang kesemuanya itu membuktikan kekuasaan Allah untuk menentukan hari kebangkitan namun mereka masih tetap ragu. Seharusnya mereka dapat menarik pelajaran dari bukti-bukti itu. Jika Allah berkuasa menciptakan zat-zat yang mati menjadi satu lalu memberinya hidup serta menentukan perkembangannya, tentu Allah juga berkuasa menghimpun kembali zat-zat yang mati dan menghidupkannya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

QS. Al-An'am (6:3)

وَهُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَفِى الْاَرْضِۗ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ

3. Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.

Tafsir Jalalain

(Dan Dialah Allah) yang berhak untuk disembah dan dipuja (baik di langit maupun di bumi, Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan) hal-hal yang kamu sembunyikan dan hal-hal yang kamu tampakkan di antara kamu sekalian (dan mengetahui pula apa yang kamu usahakan) perkara baik dan perkara buruk yang kamu ketahui.

Tafsir Tahlili Kemenag

وَهُوَ الَّذِيْ فِى السَّمَاۤءِ اِلٰهٌ وَّ فِى الْاَرْضِ اِلٰهٌ ۗوَهُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ ٨٤

Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui. (az-

QS. As-Saffat (37:4)

اِنَّ اِلٰهَكُمْ لَوَاحِدٌۗ

4. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya Tuhan kalian) hai penduduk Mekah (benar-benar Esa.)

Tafsir Tahlili Kemenag

Allah menegaskan pada ayat ini bahwa Dia benar-benar Maha Esa. Ia tidak berserikat dengan siapa pun dalam menciptakan, memelihara, dan menguasai segala makhluk-Nya. Tuhan yang pantas ditaati dan disembah memang hanya satu, yaitu Allah swt. Dalam Surah al-Ikhlāṣ, jelas Allah menerangkan zat-Nya: huwa Allāh aḥad, Allāh aṣ-Ṣamad.

Topik "Dalil Keesaan Allah" menunjukkan bagian penting dari tema "Esa", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url