Evaluasi Sistem Multi-Syarikah dalam Pelaksanaan Haji 2025
Ketua Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyoroti dampak sistem multi-syarikah yang diterapkan pada penyelenggaraan haji tahun ini. Cucun menilai keberadaan beberapa perusahaan penyedia layanan atau syarikah dalam satu area membawa perubahan positif dengan munculnya persaingan antar syarikah.
Pada peninjauan sejumlah tenda jemaah di Arafah dan Mina, Minggu (1/6/2025), Cucun menjabarkan, "Baru kali ini kita benar-benar merasakan manfaat dari sistem multi-syarikah. Selama ini, layanan di Arafah dan Mina terasa seragam, tidak ada kompetisi. Tapi sekarang, kita mulai melihat adanya perbedaan kualitas yang muncul karena persaingan antar syarikah."
Ia memberikan contoh konkret, di mana salah satu blok tenda dikelola oleh syarikah tertentu menunjukkan peningkatan signifikan dalam kualitas layanan. Jemaah mendapatkan fasilitas toilet yang lebih bersih, sistem pendingin yang optimal, hingga lounge untuk beristirahat sebelum dan sesudah melempar jumrah. Bahkan, beberapa penyedia menghadirkan tempat tidur layaknya haji khusus, meskipun jemaah yang dilayani adalah jemaah reguler.
“Pelayanan seperti ini membuat kita berpikir ke depan siapa yang layak dijadikan provider terbaik, tentu dengan harga yang masih terjangkau. Ini akan kami rekomendasikan dalam rapat Panja untuk pelaksanaan haji tahun depan, siapa pun nanti operatornya - apakah tetap Kementerian Agama atau BP Haji (Badan Penyelenggara Haji) sebagai penyelenggara,” jelas Cucun.
Namun, di balik kelebihan tersebut, Cucun menyadari masih adanya persoalan serius terkait "penataan jemaah", terutama di Mina. "Kami temukan satu tenda yang seharusnya hanya untuk 200 orang, tapi diisi 300 orang. Ini sangat tidak manusiawi. Besok kami akan evaluasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), dan dorong adanya tenda cadangan agar jemaah tidak harus tinggal di luar atau berdesakan,” tegasnya.
Cucun juga menyarankan agar ke depan kontrak antara pemerintah dan syarikah dilakukan dalam jangka panjang, bukan tahunan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penataan ruang dan memberikan waktu bagi syarikah untuk berinovasi. Ia pun menyinggung pentingnya inovasi dalam fasilitas tenda. Contohnya, seperti yang dilakukan Kementerian Agama dengan membuat lorong dan ruang istirahat yang mengadopsi nuansa lokal Indonesia yakni dengan bambu-bambu agar jemaah merasa lebih nyaman. "Ada ide membuat tenda dengan konsep bambu atau lounge ala Sunda. Jadi, setelah melontar dan lelah selama tiga hari di Mina, jemaah bisa merasa seolah pulang ke kampung halamannya di Indonesia,” ujarnya.
Timwas DPR juga akan memastikan kelancaran dan kesiapan menjelang pemberangkatan jemaah dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Salah satu usulan yang mengemuka adalah penerapan sistem satu syarikah untuk satu embarkasi, guna mengurangi kekacauan manajemen.
Dengan evaluasi menyeluruh yang tengah dilakukan, DPR berharap pelaksanaan ibadah haji ke depan dapat semakin tertata, kompetitif dalam kualitas, namun tetap mengedepankan prinsip keadilan dan kenyamanan bagi seluruh jemaah.