Kelahiran Isa Tanpa Bapak - Isa Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Isa salah satunya dijelaskan melalui topik Kelahiran Isa Tanpa Bapak, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.
QS. Ali 'Imran (3:45)
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
45. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
Tafsir Jalalain
Ingatlah! (Ketika berkata malaikat) yakni Jibril ("Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira kepadamu dengan satu kalimat dari-Nya) maksudnya dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan satu kalimat (nama Almasih Isa putra Maryam) disebut namanya dengan menisbatkannya kepada dirinya untuk memperingatkan bahwa ia melahirkan tanpa bapak padahal kebiasaannya ialah menisbatkan anak-anak kepada bapak mereka (seorang yang terkemuka) atau berpengaruh (di dunia) dengan kenabian (di akhirat) dengan pemberian syafaat dan derajat yang tinggi (dan termasuk salah seorang yang dekat) kepada Allah swt.
Tafsir Tahlili Kemenag
“... lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.” (Maryam19: 17).
Isa disebut dengan “kalimat Allah”, sebagai pemberitahuan tentang proses penciptaannya yang berlainan dengan kejadian manusia biasa. Isa a.s. dinamai al-Masīḥ, sedang Almasih itu adalah gelar raja, karena kata Almasih dalam Taurat dan Injil berarti “yang disapu atau yang diminyaki”. Menyapu dan meminyaki itu adalah suatu ketentuan dalam adat istiadat mereka bahwa siapa yang telah disapu dengan minyak suci oleh kepala agama, maka dia sudah menjadi suci pula, cakap untuk memegang kerajaan, memiliki ilmu pengetahuan dan kekuasaan, lagi mendapat berkah. Di sini Allah, menunjukkan bahwa Isa, senantiasa mendapat berkah walaupun belum pernah disapu dengan minyak suci itu.
Ada pula yang mengatakan bahwa nama Isa berasal dari kata Yunani “yasu”, artinya “yang diselamatkan yang terpilih”. Para nabi dahulu telah menerangkan bahwa akan datang seorang al-Masih, dia seorang raja yang akan mengembalikan kekuasaan Bani Israil yang telah hilang.
Maka ketika Isa lahir dan dinamai al-Masih, segolongan mereka beriman kepadanya. Orang-orang Yahudi yang mengingkarinya berpendapat bahwa yang dijanjikan itu belum datang. Dia dinamakan Ibnu Maryam (putra Maryam) untuk memberi pengertian bahwa Isa lahir tanpa ayah karena itulah ia dinisbatkan kepada ibunya.
Isa a.s. mempunyai kedudukan yang terkemuka di dunia, karena dia mendapat tempat di hati orang-orang mukmin serta dihormati. Perbaikan-perbaikan yang ditinggalkan Isa tetap membekas di kemudian hari. Kebesarannya jauh lebih nyata daripada kebesaran para penguasa atau raja-raja sebab orang-orang menghormati para penguasa dan raja itu adalah untuk menghindarkan diri dari penyiksaan mereka, karena takut terhadap kezaliman mereka, atau untuk mengambil muka agar diberi kedudukan duniawi. Kebesaran yang demikian ini adalah kemegahan semu belaka, tanpa ada bekasnya sedikit pun di dalam jiwa, bahkan mungkin menimbulkan kebencian.
Selain dari itu, Isa mempunyai kebesaran di akhirat, yaitu kedudukan dan kemuliaan yang tinggi, karena beliau senantiasa dekat kepada Allah.
QS. Ali 'Imran (3:46)
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَّمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
46. dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh".
Tafsir Jalalain
(Dia berbicara dengan manusia sewaktu dalam buaian) sewaktu masih kecil dan belum lagi tiba saatnya untuk berkata-kata (dan ketika sudah dewasa dia termasuk salah seorang yang saleh.")
Tafsir Tahlili Kemenag
Isa telah berbicara dengan manusia ketika masih kecil dalam ayunannya untuk menjelaskan kebersihan ibunya dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya, dan untuk menjadi bukti atas kenabiannya. Isa juga berbicara dengan manusia ketika dia sudah dewasa yakni sesudah Allah mengangkatnya menjadi rasul dan menurunkan wahyu kepadanya, untuk menyampaikan perintah dan larangan-larangan-Nya kepada manusia.
QS. Ali 'Imran (3:47)
قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ وَلَدٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
47. Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.
Tafsir Jalalain
(Kata Maryam, "Wahai Tuhanku! Betapa mungkin aku mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki?") misalnya dengan perkawinan dan sebagainya. (Firman-Nya, "Soalnya seperti itulah) yaitu menciptakan anakmu tanpa bapak (Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya." Apabila Dia menghendaki menetapkan sesuatu) seperti hendak menciptakannya (maka cukuplah bagi-Nya mengatakan padanya, "Jadilah," maka jadilah dia.) artinya terciptalah ia.
Tafsir Tahlili Kemenag
Ayat di atas memberikan inspirasi kepada manusia untuk belajar, menuntut ilmu dan meneliti, akan tetapi hasil atau keluaran dari penelitian tidak selalu dapat diterapkan atau dipakai. Hal ini tergantung pada pengkajian yang melandaskan pada asas manfaat bagi manusia dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan hukum dalam agama Islam. Sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka hasil penelitian dapat dipakai atau diterapkan dalam masyarakat. Ilmu genetika, misalnya, sebagaimana cabang ilmu lainnya didorong oleh Islam untuk didalami. Namun apabila di dalam penelitiannya ada bagian yang mengarah pada pelanggaran hukum Islam, penerapannya harus dipertimbangkan kembali.
Demikian halnya dengan ilmu genetika. Apabila arah suatu penelitian sudah masuk ke daerah yang “rawan” tersebut, ada baiknya dilakukan evaluasi untuk mengambil keputusan untuk meneruskan atau menghen-tikannya, atau membelokkan arah penelitian ke arah yang lebih mendorong terwujudnya kesejahteraan bagi manusia.
Persepsi tentang cloning terdapat bermacam-macam pendapat. Cloning bukanlah penciptaan. Apabila dilihat secara cermat, apa yang dilakukan dalam kegiatan cloning hanyalah menghancurkan inti sel dari indung telur dan menggantikannya dengan inti sel dari individu donor. Inti sel dapat diambil sel somatic (somatic cells), dan tidak harus dari sel reproduksi (reproductive cells). Proses ini akan menghasilkan anakan yang identik dengan individu donor. Semuanya dilakukan pada jenis yang sama.
Apabila cloning dipandang sebagai gambaran dari kepercayaan Islam mengenai “dilahirkan kembali”, maka hal itu tidak benar, karena dalam ayat di bawah ini jelas, bahwa “kelahiran kembali” manusia dikendalikan oleh Allah swt. Allah berfirman:
“Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (ar-Rūm30: 27).
Pandangan Islam tentang ilmu genetika, dapat dicontohkan dalam ayat di bawah:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fuṣṣilat41: 53)
Ayat tersebut menjadi inspirasi manusia untuk berusaha “membaca” gennya sendiri. Ini dalam rangka usahanya untuk mengenali dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah swt. Dengan membaca pemetaan genetika, kita akan mengetahui mengenai antara lain, ada atau tidaknya penyakit turunan. Dengan demikian, ilmu ini akan memberikan kontribusi kepada kesehatan manusia dalam usahanya mencegah timbulnya penyakit tertentu dan cara penanggulangannya.
Akan tetapi, apabila dalam perjalanan pengungkapan ilmu pengetahuan, kemudian bercabang kepada sesuatu yang cenderung merugikan manusia, maka Islam akan menolaknya. Cloning manusia misalnya, Islam dengan tegas menolaknya. Beberapa hal yang dapat dikemukakan mengenai alasan penolakan Islam terhadap cloning manusia, antara lain:
1. Manusia diciptakan Allah dalam bentuknya yang paling sempurna, dan lebih tinggi dari mahluk lainnya. Ayat di bawah ini mengatakan demikian:
“Dan sungguh, telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari mahluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (al-Isrā'17: 70)
Dengan melakukan cloning pada dirinya sendiri, maka manusia sudah merendahkan dirinya sendiri di depan mahluk ciptaan Allah lainnya. Semuanya kembali terserah kepada diri kita sendiri.
2. Cloning bertentangan dengan keanekaragaman ciptaan. Allah menciptakan alam semesta dengan dasar keanekaragaman. Sedangkan cloning manusia didasarkan pada keseragaman dengan cara menduplikasi semua karakter dari manusia yang menjadi donor. Keseragaman, misalnya dalam rupa dan fisik, akan sangat mengganggu kegiatan hidup sehari-hari. Misal, dalam satu kelas, semua muridnya adalah hasil cloning dari individu yang sama. Apabila salah satu murid melakukan kesalahan, sangat sulit bagi si guru untuk menciri mana anak yang salah, karena rupa dan fisik semua murid persis sama.
3. Apabila cloning manusia diijinkan, bagaimana kita harus mengatur hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara individu hasil cloning dengan individu donor. Apakah keduanya dapat disebutkan sebagai adik-kakak, atau anak-ayah, atau mereka berdua adalah dirinya sendiri? Situasi ini akan sangat membingungkan semua orang. Bahkan mungkin saja situasi ini akan menghancurkan tatanan sosial yang sudah ada saat ini.
4. Cloning bertentangan dengan pola hukum alam yang menyatakan bahwa setiap ciptaan terdiri atas pasangan-pasangan sebagaimana diuraikan pada Surah aż-Żāriyāt51 ayat 49 (“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengerti.”). Cloning mengingkari ayat ini, karena bayi tidak dihasilkan dari pertemuan sperma dan indung telur. Yang diperlukan dalam cloning hanyalah satu orang (apakah laki-laki atau perempuan saja) sebagai donor.
5. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak akan terjadi. Sedangkan hubungan ini sangat penting dalam membentuk karakter si anak.
Dari sedikit daftar di atas, dapat dilihat bahwa terlalu banyak hukum alam yang akan dilanggar apabila cloning manusia diijinkan. Masih banyak ilmu pengetahuan lain yang perlu diungkapkan guna mendukung kesejahteraan perikehidupan manusia.
Demikianlah penggambaran kodrat Allah serta kepastian kehendak-Nya. Gambaran tentang kecepatan terwujudnya apa yang dikehendaki oleh Allah tanpa batas waktu dan tanpa ada faktor penyebab, diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَمَآ اَمْرُنَآ اِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ ۢبِالْبَصَرِ ٥٠
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.
(al-Qamar54: 50).
Apa yang diperintahkan pasti segera terjadi. Perintah seperti itu dinamai perintah takwīn. Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, tidak membenarkan Isa dilahirkan dengan tidak berayah, karena pikiran mereka hanya terbatas kepada kejadian-kejadian yang biasa saja. Mereka tidak menyadari bagaimana terjadinya alam semesta ini, sedang mereka pun tidak mempunyai suatu dalil ‘aqlī yang memustahilkan kejadian seorang anak tanpa ayah. Setiap hari kita menyaksikan kejadian-kejadian yang luar biasa yang disangka tidak mungkin terjadi. Ada di antaranya yang mempunyai sebab yang sudah diketahui, lalu dinamai penemuan baru. Ada pula yang tidak diketahui sebab-sebabnya lalu dinamai penyimpangan alam dari hukumnya.
Orang mukmin berkeyakinan bahwa sesuatu yang terjadi tidak menurut sebab yang biasa, membuktikan kekuasaan Allah dan bahwa sebab-sebab bagi terjadinya sesuatu tidak selamanya harus sesuai dengan pertimbangan akal. Generasi sekarang telah melihat dan menyaksikan adanya kejadian-kejadian yang aneh dan luar biasa. Hal seperti itu jika dilihat oleh orang-orang dahulu, tentulah mereka akan menganggapnya sebagai suatu perbuatan sihir, atau perbuatan jin. Mereka itu tidak berusaha mencari alasan dalam mengingkari sesuatu kejadian yang ia sendiri belum mengetahui sebab-sebabnya.
Para filosof dan ilmuwan zaman sekarang menetapkan bahwa mungkin terjadi suatu binatang lahir dari sesuatu yang bukan binatang. Maka kalau demikian halnya, jika ada seekor binatang lahir dari seekor binatang lain yang berbeda macamnya, adalah sangat mungkin dan masuk akal.
QS. Ali 'Imran (3:48)
وَيُعَلِّمُهُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۚ
48. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.
Tafsir Jalalain
(Dia akan mengajarkan kepadanya) ada yang membaca dengan nun dan ada pula dengan ya (Alkitab) menulis (hikmah, Taurat dan Injil)
Tafsir Tahlili Kemenag
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah yang mengajar Isa pengetahuan menulis dan ilmu yang benar menggerakkan kemauan seseorang untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, serta Allah memberi kepadanya kemampuan untuk memahami Taurat dan segala rahasia hukum-hukumnya. Almasih mengetahui segala rahasia hukum, kemudian menjelaskan kepada kaumnya. Juga Allah mengajarkan kepada Isa a.s., Injil yang Dia wahyukan kepadanya.
QS. Ali 'Imran (3:49)
وَرَسُوْلًا اِلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ەۙ اَنِّيْ قَدْ جِئْتُكُمْ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۙاَنِّيْٓ اَخْلُقُ لَكُمْ مِّنَ الطِّيْنِ كَهَيْـَٔةِ الطَّيْرِ فَاَنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًاۢ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُبْرِئُ الْاَكْمَهَ وَالْاَبْرَصَ وَاُحْيِ الْمَوْتٰى بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ ۙفِيْ بُيُوْتِكُمْ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ
49. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.
Tafsir Jalalain
(Dan) Kami jadikan pula sebagai (seorang rasul kepada Bani Israel) di waktu masih kecil atau sesudah balig. Jibril pun meniup saku baju Maryam sehingga ia pun hamil. Bagaimana keadaan selanjutnya akan diceritakan nanti dalam surah Maryam. Adapun Isa tatkala ia dibangkitkan Allah sebagai rasul kepada Bani Israel katanya kepada mereka, "Sesungguhnya aku ini utusan Allah kepada kamu dan (sesungguhnya aku) (datang kepada kamu dengan membawa suatu tanda) bukti atas kebenaranku (dari Tuhan kamu) yaitu (bahwa aku) dapat (menciptakan) membuat bentuk (bagi kamu dari tanah seperti burung) kaf menjadi isim maf`ul (kemudian aku meniupnya) dhamir 'nya' kembali kepada kaf atau bentuk burung tadi (hingga ia pun menjadi seekor burung) menurut suatu qiraat thaa-iran (dengan izin Allah) dengan iradat-Nya. Maka diciptakan-Nya bagi mereka kelelawar, karena itulah yang paling sempurna kejadiannya di antara bangsa burung. Burung itu terbang, sementara mereka memperhatikannya. Setelah luput dari penglihatan mereka, kelelawar itu jatuh dan mati untuk membedakan antara perbuatan makhluk dengan hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta dan agar diketahui bahwa kesempurnaan itu hanya ada pada ciptaan Allah. (dan Aku akan menyembuhkan orang yang buta) maksudnya yang buta semenjak ia dilahirkan (dan orang yang berpenyakit barash). Disebutkan kedua penyakit ini secara khusus karena lukanya tidak dapat disembuhkan, sedangkan Nabi Isa dibangkitkan di masa majunya ilmu kedokteran. Maka dalam satu hari beliau berhasil menyembuhkan 50 ribu penderita melalui doa, dengan syarat mereka beriman. (Bahkan aku hidupkan orang yang mati dengan izin Allah) 'Dengan kehendak Allah' diulang-ulangnya untuk melenyapkan dugaan bahwa ia mempunyai sifat ketuhanan. Maka dihidupkannyalah Azir seorang sahabatnya, anak seorang wanita tua kemudian seorang gadis kecil berumur sepuluh tahun. Mereka itu terus hidup bahkan sampai mempunyai keturunan. Kemudian dihidupkannya pula Sam bin Nuh lalu meninggal pada waktu itu juga (dan akan aku beritakan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumah-rumah kamu) padahal aku tak pernah melihatnya. Maka disampaikannyalah kepada masing-masing orang apa yang telah dimakan dan apa yang akan dimakannya nanti. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) yakni pada peristiwa-peristiwa yang disebutkan tadi (menjadi tanda bagi kamu, jika kamu betul-betul beriman).
Tafsir Tahlili Kemenag
Diriwayatkan, bahwa ketika Isa a.s. menyatakan dirinya seorang nabi dan menampakkan mukjizatnya, Bani Israil meminta kepadanya untuk membuat kelelawar. Maka ia mengambil tanah, lalu membentuknya sebagai seekor kelelawar dan ditiupnya. Maka terbanglah kelelawar itu di angkasa. Kelelawar itu terbang selama orang itu masih dapat melihatnya, dan ketika sudah tidak tampak lagi oleh mata mereka, kelelawar itu jatuh ke bumi dan mati. Hal ini sangat berbeda dengan kejadian makhluk-makhluk Allah lainnya. Sudah menjadi sunatullah bahwa mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya pada waktu umatnya meminta dan menjadikan iman mereka tergantung kepada mukjizat itu. Maka jika kaum Isa, meminta yang demikian kepadanya, Allah pun memberikannya.
Kedua: Isa a.s. dapat mengobati penyakit buta dan sopak, padahal kedua penyakit itu adalah penyakit yang sukar diobati oleh para tabib di masa itu meskipun ketabiban pada masa Isa sudah maju.
Telah menjadi sunatullah pula, bahwa mukjizat para nabi berupa sesuatu yang sangat terkenal pada zamannya. Umpamanya kepada Musa, diberikan tongkat yang dapat menjadi ular dan menelan semua ular-ular ahli sihir. Orang Mesir pada waktu itu terkenal sekali keahlian mereka dalam ilmu sihir.
Kepada Isa a.s., Allah memberi mukjizat dari jenis ketabiban yang melebihi kesanggupan para tabib zaman itu, padahal mereka sudah mempunyai keahlian yang tinggi. Demikian pula kepada Nabi Muhammad saw, diberi mukjizat yaitu Al-Qur′an, karena yang dibangga-banggakan mereka pada masa itu ialah kesusasteraan.
Ketiga: Beliau dapat menghidupkan orang mati, atas izin Allah. Banyak riwayat menerangkan bahwa Isa menghidupkan orang yang telah mati. Di antaranya menghidupkan seorang anak perempuan sebelum dikubur dan menghidupkan Ya'azir sebelum busuk tubuhnya. Tetapi tidak ada riwayat yang menerangkan bahwa ia menghidupkan mayat yang sudah menjadi tulang belulang.
Keempat: Isa a.s. dapat mengabarkan apa yang dimakan dan apa yang disimpan orang di rumahnya.
Perbedaan antara perkabaran gaib yang disampaikan oleh Isa a.s. dengan perkabaran ahli nujum dan dukun-dukun yang kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak, ialah tukang nujum dan dukun-dukun itu mengungkapkan sesuatu dengan jalan memperhatikan sebab-sebab yang memungkinkannya mengetahui sesuatu itu. Tidak demikian perkabaran yang disampaikan oleh Nabi Isa serta oleh para nabi dan para rasul. Mereka ini tidak mencari atau berusaha mencari sebab-sebab dan tidak pula melakukan tipu daya, melainkan semata-mata pemberitahuan yang disampaikan Allah swt kepada mereka.
Demikianlah mukjizat-mukjizat Nabi Isa yang disaksikan oleh Bani Israil. Sesungguhnya pada mukjizat-mukjizat itu terdapat petunjuk-petunjuk bagi mereka untuk membenarkan kerasulan dan kenabian Isa. Terdapat pula pada mukjizat-mukjizat itu pelajaran untuk dipikirkan dan ditarik kesimpulannya, yaitu bahwa Isa a.s. berkata benar terhadap mereka. Mereka pun mengetahui apa yang diserukan Isa itu adalah benar perintah dari Allah swt. Jika mereka membenarkan ayat-ayat Allah, mengakui ke Esaan-Nya dan percaya kepada Nabi Musa dan Taurat yang dibawanya, tentulah mereka beriman pula kepada Nabi Isa a.s.
QS. Maryam (19:23)
فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا
23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
Tafsir Jalalain
(Maka sewaktu datang kepadanya) ketika ia mengalami (rasa sakit akan melahirkan) yaitu rasa mulas karena akan melahirkan (-terpaksa ia bersandar- pada pangkal pohon kurma) yakni menyandarkan diri padanya, lalu ia melahirkan. Perlu diketahui bahwa sejak peniupan malaikat Jibril hingga melahirkan hanya memakan waktu sesaat saja (dia berkata, "Aduhai alangkah baiknya aku) lafal Ya di sini menunjukkan makna Tanbih atau ungkapan kekecewaan (mati sebelum ini) yakni sebelum perkara ini (dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan)" sebagai sesuatu yang tiada artinya, tidak dikenal dan tidak disebut-sebut.
Tafsir Tahlili Kemenag
Ketika Maryam merasa sakit karena akan melahirkan anaknya, maka ia terpaksa bersandar pada pangkal pohon kurma untuk memudahkan kelahiran; dengan penuh kesedihan ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati saja sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.” Ia mengharapkan seandainya mati saja sebelum melahirkan karena merasa beratnya penderitaan akibat melahirkan seorang anak tanpa seorang ayah yang berakibat timbulnya tuduhan dan cemoohan dari kaumnya yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya; atau beliau mengharapkan menjadi sesuatu benda yang tidak berarti dalam pandangan manusia, lagi dilupakan daripada menderita perasaan tertekan dan malu yang luar biasa.
QS. Maryam (19:24)
فَنَادٰىهَا مِنْ تَحْتِهَآ اَلَّا تَحْزَنِيْ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا
24. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Tafsir Jalalain
(Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah,) pada saat itu malaikat Jibril berada di tempat yang lebih rendah dari tempat Maryam ("Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu") yaitu sebuah sungai yang dahulunya kering kini berair kembali, berkat kekuasaan Allah.
Tafsir Tahlili Kemenag
Maka datanglah Jibril dan berseru dari suatu tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih hati, karena sesungguhnya Tuhanmu telah mengalirkan sebuah anak sungai di bawahmu.” Ini merupakan suatu rahmat bagi Maryam karena di tempat itu pada mulanya kering tidak ada air yang mengalir, tetapi kemudian terdapat aliran air yang bersih.
QS. Maryam (19:25)
وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۖ
25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
Tafsir Jalalain
(Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu) yang pada saat itu kering. Huruf Ba dalam lafal Bijidz'i adalah Zaidah atau tambahan (niscaya pohon itu akan menggugurkan) asal kata Tusaaqith adalah Tatasaaqath kemudian Ta yang kedua diganti menjadi Sin, selanjutnya diidgamkan pada Sin yang kedua. Menurut qiraat yang lain tetap dibaca seperti lafal asalnya (buah kurma kepadamu) lafal Ruthaban adalah Tamyiz (yang masak-masak) lafal Janiyyan menjadi sifat dari lafal Ruthaban.
Tafsir Tahlili Kemenag
Jibril kemudian menyuruh Maryam untuk menggoyang pohon kurma dan nanti pohon itu akan menjatuhkan buah kurma yang telah masak kepadanya. Dan ini adalah rahmat yang lain untuk Maryam karena pada mulanya pohon kurma itu telah kering, dengan kehendak Allah menjadi hijau dan subur kembali serta berbuah sebagai rezeki untuk Maryam.
QS. Maryam (19:26)
فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚفَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
26. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Tafsir Jalalain
(Maka makanlah) dari buah kurma yang masak itu (dan minumlah) dari air sungai kecil itu (serta bersenang hatilah kamu) dengan anakmu itu. Lafal 'Ainan berfungsi sebagai Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya selamat bersenang hati dengan anakmu itu. Atau dengan kata lain, kamu menjadi tenang dengan adanya anakmu itu sehingga kamu tidak memikirkan hal-hal yang lain. (Jika) lafal Immaa ini pada asalnya terdiri dari In Syarthiyah dan Ma Zaidah yang kemudian diidgamkan menjadi satu hingga menjadi Immaa (kamu melihat) dan lafal Tarayinna terbuang huruf Lam Fi'il dan 'Ain Fi'ilnya, kemudian harakat 'Ain Fi'ilnya dipindahkan pada huruf Ra, selanjutnya Ya Dhamir dikasrahkan karena bertemu dua sukun, sehingga jadilah Tarayinna (seorang manusia) kemudian ia menanyakan kepadamu tentang anakmu itu (maka katakanlah, "Sesungguhnya aku bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah) dengan menahan diri untuk tidak berbicara, baik mengenai perihal anaknya atau orang-orang lainnya, hal ini terbukti dengan perkataan selanjutnya (maka aku tidak akan berkata dengan seorang manusia pun pada hari ini)" sesudah kejadian ini.
Tafsir Tahlili Kemenag
Maka Jibril menyuruh Maryam supaya makan, minum dan bersenang hati karena mendapat rezeki itu dan menghilangkan kesedihan hatinya karena Allah berkuasa untuk membersihkannya dari segala tuduhan yang tidak pantas, sehingga Maryam tetap dianggap sebagai wanita yang suci tidak pernah ternoda. Jika kamu melihat seorang manusia yang bertanya tentang persoalannya dan persoalan anaknya, maka isyaratkanlah kepadanya, “Sesungguhnya aku telah bernazar atas diriku untuk berpuasa semata-mata untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku tidak akan berbicara langsung dengan seorang manusia pun pada hari ini, karena ucapanku itu mungkin ditolak dan tidak dipercayai.
Topik "Kelahiran Isa Tanpa Bapak" menunjukkan bagian penting dari tema "Isa", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.