Tanda Kesaan Allah - Esa Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Esa salah satunya dijelaskan melalui topik Tanda Kesaan Allah, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.

QS. Al-Baqarah (2:164)

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi) yakni keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (serta pergantian malam dan siang) dengan datang dan pergi, bertambah serta berkurang, (serta perahu-perahu) atau kapal-kapal (yang berlayar di lautan) tidak tenggelam atau terpaku di dasar laut (dengan membawa apa yang berguna bagi manusia) berupa barang-barang perdagangan dan angkutan, (dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air) hujan, (lalu dihidupkan-Nya bumi dengannya) yakni dengan tumbuhnya tanam-tanaman (setelah matinya) maksudnya setelah keringnya (dan disebarkan di bumi itu segala jenis hewan) karena mereka berkembang biak dengan rumput-rumputan yang terdapat di atasnya, (serta pengisaran angin) memindahkannya ke utara atau ke selatan dan mengubahnya menjadi panas atau dingin (dan awan yang dikendalikan) atas perintah Allah Taala, sehingga ia bertiup ke mana dikehendaki-Nya (antara langit dan bumi) tanpa ada hubungan dan yang mempertalikan (sungguh merupakan tanda-tanda) yang menunjukkan keesaan Allah Taala (bagi kaum yang memikirkan) serta merenungkan.

Tafsir Tahlili Kemenag

Upaya manusia untuk mengetahui rahasia dan tanda kebesaran Allah, telah pula mendorong mereka untuk semakin dekat kepada-Nya. Memahami kehebatan, kecanggihan dan keharmonisan jagat raya ini telah membuat tidak sedikit ilmuwan semakin menyadari dan yakin bahwa sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini sengaja direncanakan, dibuat, diatur, dan dipelihara oleh-Nya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada kesimpulan bahwa sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Dan Bima Sakti-pun hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui.

Sesungguhnya semua bintang-bintang dalam alam semesta ini berada dalam lintasan orbit masing-masing yang telah ditentukan (aż-Żāriyāt51 :7). Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang tinggi dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika mereka bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya.

Begitu pula perihal bumi ciptaan-Nya, semuanya menunjukkan kesempurnaan penciptanya. Allah berfirman yang artinya:

...Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang-orang yang yakin..... (aż-Żāriyāt51: 20)

Sebuah ensiklopedia sains modern menggambarkan unsur-unsur kimia yang ada di bumi kita ini mempunyai variasi yang menakjubkan. Beberapa di antaranya langka karena susah ditemukan tapi ada juga yang berlimpah. Ada yang dapat dilihat oleh mata telanjang karena berbentuk cairan dan padatan, tetapi ada juga yang tak nampak karena berupa gas. Kenyataan ini mestinya dapat membimbing kita untuk semakin terkesan dengan keagungan dan keesaan Sang Pencipta nya, Allah swt.

Munculnya siang dan malam silih berganti mengajak kita berfikir tentang adanya pengaturan yang sempurna. Pertanyaan yang muncul adalah “siapa yang mengatur itu semua?” Silih bergantinya malam dan siang, serta bergilir-nya antara keduanya, panjang dan pendeknya waktu, dan adanya berbagai musim merupakan pengaturan iklim yang sempurna yang terkondisi dengan nyaman untuk dapat dihuni oleh manusia. Kata al-fulk dalam ayat ini berarti bahtera atau perahu. Untuk membuat perahu dibutuhkan pengetahuan tentang sifat air, pergerakan angin, udara, awan yang berhubungan dengan musim, kaidah-kaidah dasar fisika fluida serta hukum dasar lainnya, seperti hukum Archimides untuk benda mengapung, ataupun konsep desain dan konstruksi. Akhirnya manusia dapat membuat kapal atau perahu untuk berlayar mengarungi lautan sehingga mereka dapat menjelajahi pelosok bumi. Di dalam silih bergantinya malam dan siang ini terdapat petunjuk tentang waktu dan arah lantaran kedua hal ini dibutuhkan dalam pelayaran. Dari fenomena alam ini pula manusia menciptakan ilmu falak dan pengetahuan tentang cuaca yang gunanya sangat banyak bagi memenuhi keperluan manusia. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut:

“....Dan Dia lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut... (al-An‘ām6: 97). Kemudian “Dia turunkan dari langit berupa air”.

Di dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan bagaimana Allah swt menurunkan air hujan. Ayat-ayat dimaksud adalah ar-Rūm30: 48; Qāf50:9-11; Gāfir23: 18 dan 48-50; al-Ḥijr15: 22; Fāṭir35: 91; al-A‘rāf7: 57; al-Jāṡiyah45: 5; ar-Ra‘d13 :17; al-Mulk67 :30; az-

QS. Ar-Ra'd (13:12)

هُوَ الَّذِيْ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَۚ

12. Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

Tafsir Jalalain

(Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan ketakutan) terhadap orang-orang yang sedang musafir disebabkan suara halilintar (dan harapan) bagi orang yang bermukim terhadap turunnya hujan (dan Dia mengadakan) menciptakan (awan yang tebal) karena mengandung air hujan.

Tafsir Tahlili Kemenag

Memang tidak semua jenis awan bisa mendatangkan hujan. Awan yang dapat menyebabkan turunnya hujan adalah awan dari jenis kumulonimbus (cumulonimbus). Menurut saintis, awan yang terbentuk akan menghasilkan pemisah muatan (listrik) positif dan negatif. Muatan positif umumnya berkumpul di bagian atas awan, sedangkan muatan negatif berkumpul di bagian bawah awan. Muatan tersebut akan mengalir melalui berbagai cara seperti antar kantong muatan di awan, dari awan ke bumi, lepas melalui udara sebagai aliran muatan elektrostatik, dan meloncat ke ionosfer. Lompatan bunga api raksasa ini dikenal sebagai petir, kilat, atau halilintar. Sebagai akibatnya udara terbelah, sambarannya yang memiliki kecepatan mencapai 150.000 kmdetik akan menimbulkan bunyi menggele-gar yang biasa kita sebut geluduk, geledek, guruh, guntur, dan lain-lain. Suara geledek ini menciutkan hati manusia yang mendengarnya dan dampaknya kerap bisa mematikan manusia. Inilah yang dimaksud dengan “kilat yang menakutkan”.

Benjamin Franklin (1752) berhasil membuktikan bahwa petir adalah suatu lompatan listrik (electric discharge) yang sangat besar. Dari hasil penelitian kemudian diketahui bahwa besar medan listrik minimal yang memungkinkan terpicunya petir ini adalah sekitar 1.000.000 volt per meter.

Dalam kondisi tertentu, bumi yang cenderung menjadi peredam listrik statis, bisa pula ikut berinteraksi. Hal ini dimungkinkan terjadi peng-konsentrasian listrik bermuatan positif karena adanya beda muatan antara dasar awan dengan permukaan bumi. Yang terjadi kemudian adalah perpindahan muatan listrik. Maka secara fisik kita akan melihat sambaran petir dengan muatan listrik yang begitu besar, selanjutnya akan segera menyebar ke bagian permukaan bumi yang kemudian menjalar ke dalam tanah dan akhirnya ternetralisasi pada kedalaman yang mengandung air tanah. Tempat terjadinya perpindahan muatan listrik ini yang sering kali mendatangkan musibah dan kerusakan. Ini yang biasa dikenal dengan istilah disambar petir atau geledek.

Dari sisi pengamatan lainnya diketahui bahwa petir mempunyai manfaat bagi bumi dan manusia. Petir merupakan proses alam yang menghasilkan unsur nitrogen yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan dan mengisi sekitar 45 atmosfir bumi, bahkan petir juga berfungsi dalam sirkuit global listrik. Kilatan petir raksasa diyakini akan dapat membantu menyeimbangkan sirkuit global listrik antara bumi dan angkasa dan juga berkonsentrasi dalam pembentukan ozon. Selain itu maka kilat yang berkilauan itu bisa menghasilkan jamur. Menurut penelitian di Jepang, jamur shiitake bisa tumbuh subur bila di sekitar benih yang ditaburkan itu diberi loncatan listrik, yang sama dengan efek kilat. Hal ini berdasarkan pengalaman bahwa setelah kemarin sorenya ada kilat, besoknya di sekitarnya tumbuh banyak sekali jamur. Selain itu panjang (kekuatan) kilat bisa meramalkan curah hujan yang bakal turun keesokan harinya. Demikian penjelasan dari pandangan saintis.

QS. Ar-Ra'd (13:13)

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ

13. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.

Tafsir Jalalain

(Dan guruh itu bertasbih) yaitu malaikat yang diserahi tugas untuk menggiring mendung seraya (memuji Allah) artinya ia selalu mengucapkan kalimat 'subhaanallaah wa bihamdihi' (dan) demikian pula bertasbih (para malaikat karena takut kepada-Nya) kepada Allah (dan Allah melepaskan halilintar) yaitu api yang keluar dari mendung (lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki) kemudian halilintar itu membakarnya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang laki-laki yang Nabi saw. mengutus seseorang untuk menyerunya menyembah Allah. Akan tetapi laki-laki itu menjawab, "Siapakah utusan Allah itu, dan siapakah Allah itu; apakah ia dari emas atau dari perak atau dari tembaga." Ketika itu juga turunlah halilintar menyambarnya sehingga hancur tulang batok kepalanya (dan mereka) orang-orang kafir (berbantah-bantahan) selalu membantah Nabi saw. (tentang Allah dan Dialah Tuhan Yang Maha Keras siksa-Nya) Maha Kuat atau Maha Keras azab-Nya.

Tafsir Tahlili Kemenag

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. (al-Isrā'17: 44)

Apabila kita mendengar suara guntur dan halilintar, maka disunatkan untuk membaca doa, sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Aḥmad, at-Tirmiżī, an-Nasā'ī dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi Muhammad saw bila mendengar suara guntur dan halilintar beliau membaca:

اللّٰهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلاَ تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذٰلِكَ.

Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu, janganlah Engkau membinasakan kami dengan azab-Mu, dan berilah kesehatan kepada kami sebelum itu.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah sebagai berikut:

أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا هَبَّتِ الرِّيْحُ أَوْ سَمِعَ صَوْتَ الرَّعْدِ تَغَيَّرَ لَوْنُهُ حَتَّى يُعْرَفَ ذٰلِكَ فِي وَجْهِهِ ثُمَّ يَقُوْلُ لِلرَّعْدِ سُبْحَانَ مَنْ سَبَّحَتْ لَهُ وَلِلرِّيْحِ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلاَ تَجْعَلْهَا عَذَابًا. (رواه ابن مردويه)

Bahwa Rasulullah saw bila ada tiupan angin yang keras, atau mendengar suara guruh, warna mukanya berubah, lalu beliau berkata untuk guruh itu, “Mahasuci

QS. Ar-Ra'd (13:15)

وَلِلّٰهِ يَسْجُدُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّظِلٰلُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۩

15. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

Tafsir Jalalain

(Hanya kepada Allahlah sujud segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri) seperti orang-orang yang beriman (atau pun terpaksa) seperti orang-orang munafik dan orang-orang yang dipaksa dengan kekerasan (dan) sujud pula (bayang-bayangnya di waktu pagi) pada pagi hari (dan petang hari) sore hari.

Tafsir Tahlili Kemenag

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. (al-Isrā'17: 67)

فَاِذَا رَكِبُوْا فِى الْفُلْكِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ فَلَمَّا نَجّٰىهُمْ اِلَى الْبَرِّ اِذَا هُمْ يُشْرِكُوْنَۙ ٦٥ (العنكبوت)

Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (al-‘Ankabūt29: 65)

Allah menjelaskan bahwa bukan hanya tubuh-tubuh mereka saja yang tunduk, sujud, dan patuh kepada Allah, tetapi sujud pula bayang-bayang mereka di waktu pagi dan petang. Setiap benda yang kena sinar matahari terutama di waktu pagi dan petang tentu kelihatan bayang-bayangnya memendek atau memanjang. Semua benda dan bayang-bayangnya tunduk kepada Allah, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang Mahasempurna.

QS. Ar-Ra'd (13:16)

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُ ۗقُلْ اَفَاتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَ لَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّاۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ەۙ اَمْ هَلْ تَسْتَوِى الظُّلُمٰتُ وَالنُّوْرُ ەۚ اَمْ جَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ خَلَقُوْا كَخَلْقِهٖ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْۗ قُلِ اللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

16. Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

Tafsir Jalalain

(Katakanlah) hai Muhammad kepada kaummu ("Siapakah Rabb langit dan bumi?" Jawabnya, "Allah.") jika mereka tidak mau mengatakannya, maka tiada jawaban lain kecuali itu. (Katakanlah) kepada mereka ("Maka patutkah kalian mengambil selain Allah) selain-Nya (sebagai pelindung-pelindung) berhala-berhala yang kalian sembah (padahal mereka tidak memiliki kekuasaan untuk memberikan kemanfaatan dan tidak pula kemudaratan bagi diri mereka sendiri?") kemudian kalian meninggalkan untuk menyembah kepada Yang memiliki dan Yang menguasai kemanfaatan dan kemudaratan? Kata tanya di sini mengandung pengertian cemoohan dan ejekan. (Katakanlah, "Adakah sama orang buta dan orang yang melihat?) orang kafir dan orang mukmin itu apakah sama? (atau samakah gelap-gulita) yakni kekafiran (dan terang-benderang?) yakni keimanan? Tentu saja tidak. (Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa) artinya sekutu-sekutu itu dapat menciptakan seperti ciptaan Allah (menurut pandangan mereka?") sehingga mereka berkeyakinan bahwa berhala-berhala atau sekutu-sekutu itu berhak untuk disembah oleh sebab kemampuan mereka dalam hal menciptakan? Kata tanya di sini mengandung makna ingkar; atau dengan kata lain berarti bahwa hakikatnya tidaklah demikian karena sesungguhnya tidak ada yang berhak untuk disembah selain daripada Yang Maha Pencipta. (Katakanlah, "Allah adalah pencipta segala sesuatu) tiada sekutu bagi-Nya di dalam penciptaan ini, maka tiada sekutu pula bagi-Nya dalam hal disembah (dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.") di atas semua hamba-hamba-Nya.

Tafsir Tahlili Kemenag

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran). (al-‘Ankabūt29: 61)

Jika memang Allah pencipta alam semesta, maka patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah, padahal berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat memberi kemanfaatan atau menolak kemudaratan. Mengapa mereka tetap menjadikan benda-benda mati itu menjadi pelindung? Mengapa akal pikiran mereka tidak digunakan untuk menentukan pilihan yang benar? Padahal benda-benda tersebut tidak mempunyai kemampuan apa-apa meskipun hanya menciptakan seekor lalat. Firman Allah:

اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗوَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ

Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. (al-Ḥajj22: 73)

Kemudian dalam rangka membuka tabir kepicikan akal mereka, sehingga tidak dapat membandingkan antara yang baik dan yang buruk, Nabi saw diperintahkan untuk mengatakan kepada mereka adakah sama orang buta yang sama sekali tidak dapat melihat dengan orang yang matanya sehat, dapat melihat semua benda di hadapannya dengan terang dan jelas? Tentu saja jawabannya adalah tidak sama. Jika ditanyakan pula kepada mereka apakah sama gelap gulita dengan terang benderang? Tentu jawabannya juga tidak sama. Dengan demikian, akhirnya dapat disimpulkan bahwa Allah Yang Maha Esa dan Sempurna dalam segala-galanya tidak bisa disamakan dengan berhala, benda mati yang sama sekali tidak dapat memberi manfaat dan menolak kemudaratan. Demikian pula kekafiran seseorang kepada Allah dan rasul-Nya tidak sama dengan cahaya keimanan seorang mukmin yang memancar dari wajah dan hatinya. Pertanyaan selanjutnya, apakah berhala-berhala yang mereka sembah itu dapat menciptakan makhluk seperti ciptaan Allah, sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka, dan sukar dibedakan mana ciptaan berhala dan mana ciptaan Allah?

Jika Allah bisa disamakan dengan berhala dalam penciptaan maka ada alasan bagi mereka untuk menyekutukan-Nya. Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Berhala-berhala itu adalah benda mati, jangankan dapat disamakan ciptaannya dengan ciptaan Allah, wujudnya saja ada karena diukir oleh tangan manusia. Mereka tidak dapat menjawab jika ditanya dan tidak dapat memberi kemanfaatan dan kemudaratan sedikit pun kepada penyembahnya. Sesajen yang dihidangkan di hadapannya jika dicuri oleh lalat, mereka sama sekali tidak dapat mengambilnya kembali. Bahkan jika penyembah-penyembahnya sedang lengah, seekor serigala pun dapat mengencingi kepalanya.

Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk pula Pencipta berhala-berhala, dan Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. Mengapa kamu menyembah kepada selain-Nya, yang sama sekali tidak memberi manfaat dan kemudaratan?

QS. Ar-Ra'd (13:17)

اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَالَتْ اَوْدِيَةٌ ۢ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۗوَمِمَّا يُوْقِدُوْنَ عَلَيْهِ فِى النَّارِ ابْتِغَاۤءَ حِلْيَةٍ اَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهٗ ۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ەۗ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاۤءً ۚوَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ ۗ

17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

Tafsir Jalalain

Kemudian Allah membuat suatu perumpamaan mengenai perkara yang hak dan perkara yang batil untuk itu Dia berfirman: (Allah telah menurunkan) Maha Tinggi Allah (air dari langit) yakni air hujan (maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya) sesuai dengan daya tampungnya (maka arus itu membawa buih yang mengembang) mengapung di atas air yang mengandung kotoran dan lain sebagainya. (Dan dari apa yang mereka lebur) dapat dibaca tuuqiduuna dan yuuqiduuna (dalam api) yaitu berupa logam yang dikeluarkan dari dalam bumi, seperti emas, perak dan tembaga (untuk membuat) untuk dijadikan (perhiasan) barang perhiasan (atau alat-alat) perabot-perabot yang diperlukan, jika kesemuanya itu dilebur (ada pula buihnya) yakni sama seperti buih arus tadi, yaitu kotorannya kemudian kotoran itu dibuang oleh orang yang mencetaknya. (Demikianlah) hal yang telah disebutkan itu (Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil) perumpamaan mengenai keduanya. (Adapun buih itu) buih arus itu dan kotoran barang logam yang dilebur (akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya) menjadi limbah yang dibuang (adapun yang memberi manfaat kepada manusia) yaitu air bersih dan inti logam (maka ia tetap) terkandung (di bumi) selama beberapa masa. Demikianlah perumpamaan tentang hal yang batil; akan pudar dan lenyap, sekalipun dalam beberapa waktu dapat mengalahkan perkara yang hak. Akan tetapi pada akhirnya perkara yang hak jugalah yang akan tetap tegak dan menang. (Demikian) hal yang disebutkan itu (Allah menjelaskan) menerangkan (perumpamaan-perumpamaan).

Tafsir Tahlili Kemenag

Buih juga bisa terbentuk dalam proses pemurnian logam dengan pemanasan. Bijih logam di alam umumnya ditemukan dalam bahan padat yang tidak murni. Pada proses peleburan, bijih mencair, dan logam-logam yang berat akan tenggelam sedangkan bagian yang kurang bermanfaat atau yang dapat merusak mutu hasil biasanya berupa buih dan akan mengapung ke permukaan bersama udara yang terkandung di dalamnya. Logam tersebut dibuat untuk perhiasan dan alat-alat keperluan rumah tangga, pertanian, pertukangan, dan perindustrian. Inilah perumpamaan yang kedua.

Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Kebenaran dan kebatilan itu bila bercampur, seperti arus air yang bercampur dengan buih, atau seperti logam yang dibakar yang sama-sama juga mengeluarkan buih berupa kotoran karat yang semula melekat pada logam itu, kemudian terpisah karena pengaruh api yang membakarnya. Maka sebagaimana buih yang berada di atas arus air akan lenyap setelah ada tiupan angin, dan buih yang berada di atas logam yang sedang dibakar akan hilang pula karena api, demikian pula perkara yang batil akan hilang musnah bilamana datang hak dan kebenaran yang jelas.

Buih itu akan hilang tersangkut di pinggir lembah dan pohon atau ditiup angin. Demikian pula kotoran atau karat yang semula melekat pada logam akan habis terbakar. Yang tinggal hanya yang memberi manfaat saja kepada manusia, yaitu air, yang dapat diminum, digunakan untuk mengairi tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan binatang, emas yang digunakan untuk perhiasan, dan logam-logam lainnya untuk alat rumah tangga, pertanian, dan sebagainya.

Dari kedua perumpamaan itu dapat diambil pengertian bahwa Allah swt telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw kemudian disampaikan ke dalam hati manusia yang masing-masing tidak sama potensi dan persiapannya untuk menerima. Masing-masing mempunyai keterbatasan dalam hal bacaan, pengertian, hafalan, dan pengamalannya. Ayat Al-Qur’an menjadi unsur kehidupan kerohanian dan kebahagiaan hidup sebagaimana air menjadi sebab hidup semua makhluk.

Di antara tanah yang ditimpa hujan itu ada yang tandus, tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman, hanya sekedar menyimpan air saja, yang dapat dijadikan sumber penampungan air jernih. Ada pula tanah yang subur yang setelah disiram dengan air hujan dapat menghasilkan bermacam-macam hasil bumi. Itulah air yang bermanfaat bagi manusia dan binatang-binatang. Di antara logam yang dilebur dalam api seperti emas, perak, tembaga, perunggu, dan timah, ada yang dijadikan alat rumah tangga, pertukangan, perindustrian dan sebagainya. Orang mukmin diumpamakan seperti air dan logam yang bermanfaat bagi manusia dan binatang. Buih yang semula bercampur kemudian lenyap karena tiupan angin atau habis dibakar oleh api, adalah perumpamaan bagi kekafiran dan kebatilan yang akhirnya hancur bila berhadapan dengan hak dan kebenaran, firman Allah:

وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ٨١ (الاسراۤء)

Dan katakanlah, ”Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (al-Isrā'17: 81)

Demikianlah Allah membuat perumpamaan yang indah yang dapat menjelaskan kepada manusia apa yang masih dipandang sulit oleh mereka tentang masalah-masalah agamanya, agar jelas perbedaan antara yang hak dan yang batil, antara keimanan dan kekafiran, sehingga mereka dapat menempuh jalan petunjuk kepada kebahagiaan dan menghindari jalan yang dimurkai Allah dan menyesatkan.

Dengan memperhatikan perumpamaan-perumpamaan yang tepat dan baik itu niscaya umat Islam akan menjadi umat terbaik yang dikeluarkan di muka bumi untuk jadi teladan bagi umat yang lain. Al-Bukhārī dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Musa Al-Asy‘arī:

إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللّٰهُ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللّٰهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوْا وَرَعَوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا. وَاَصَابَتْ طَائِفَةٌ مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيْعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقَهَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ وَنَفَعَهُ اللّٰهُ بِمَا بَعَثَنِى بِهِ وَنَفَعَ النَّاسَ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ. وَمَثَلُ مَنْ لمَ ْيَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلمَ ْيَقْبَلْ هُدَى اللّٰهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ.

Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus diriku, adalah seperti air hujan yang menimpa bumi. Di antaranya ada sebagian bumi yang menerima air itu, lalu menumbuhkan rumput dan tanam-tanaman. Ada pula tanah yang tandus, hanya menyimpan air saja, lalu Allah memberikan manfaat air itu kepada manusia. Maka ada yang meminumnya dan mempergunakannya untuk mengairi kebun-kebun tanamannya dan ladang-ladangnya. Ada pula sebagian tanah yang keras, tidak dapat menyimpan dan menyerap air, sehingga tidak menumbuhkan tanaman apa-apa. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan Allah memberikan manfaat kepadanya dalam ajaran agama yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya kepada manusia, sehingga ia mengetahui dan mengajarkannya (kepada orang lain), dan perumpamaan orang yang sama sekali tidak memperhatikan dan tidak menerima petunjuk Allah yang mengutusku untuk menyampaikannya. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim)

Diriwayatkan pula oleh Imam Aḥmad dari Abu Hurairah:

مَثَلِىْ وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ اِسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا اَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِى يَقَعْنَ فِى النَّارِ يَقَعْنَ فِيْهَا وَجَعَلَ يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيْهَا فَذَلِكَ مَثَلِىْ وَمَثَلُكُمْ اَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ فَتَغْلِبُوْنِى فَتَقْتَحِمُوْنَ فِيْهَا. (رواه أحمد والشيخان عن أبى هريرة)

Perumpamaanku denganmu seperti orang menyalakan api, ketika api menerangi tempat sekelilingnya, mulailah kupu-kupu dan serangga yang mendatangi berjatuhan ke dalam api, dan orang itu menghalangi, namun dikalahkan oleh serangga-serangga lalu masuklah serangga-serangga itu ke dalam api. Itulah perumpamaanku denganmu. Aku menghalangimu dari api, jauhilah api itu, namun kamu mengalahkanku dan menerobos masuk ke dalamnya. (Riwayat Aḥmad, al-Bukhārī, dan Muslim dari Abu Hurairah)

Topik "Tanda Kesaan Allah" menunjukkan bagian penting dari tema "Esa", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url