Wukuf di Arafah: Rukun Haji yang Tak Tergantikan
Wukuf di Arafah: Rukun Haji yang Tak Tergantikan

Setiap muslim yang berhaji pasti sudah familiar dengan enam rukun haji. Diantara banyaknya rukun, ada satu yang sangat penting karena dilakukan di wilayah Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Rukun penting tersebut adalah wukuf. Bagi Anda yang ingin melangsungkan haji atau sekadar ingin memahami lebih dalam tentang ibadah haji, memahami wukuf merupakan langkah penting.
Wukuf di Arafah adalah salah satu rukun haji yang utama dan wajib dikerjakan oleh setiap jemaah haji. Melaksanakan wukuf adalah syarat sahnya ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda, “Haji itu hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam hari jam'in (10 Zulhijah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji.” (HR At Tirmidzi)
Apa Itu Wukuf?
Wukuf di Arafah berarti berdiri di Padang Arafah pada waktu terik matahari, pada hari 9 Dzulhijjah, sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah SWT. Selama wukuf, jemaah haji melakukan berbagai aktivitas, seperti mendengarkan khutbah wukuf, salat Dzuhur dan Ashar berjamaah dengan jama' taqdim qasar atau pendek, serta membaca doa wukuf.
Para ulama sepakat bahwa wukuf di Padang Arafah merupakan salah satu rukun haji yang agung. Keingintahuan yang mendalam mengenai wukuf ini juga mendorong menelusuri sejarah singkat Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Sejarah singkat Arafah, Muzdalifah dan Mina
Arafah, sebagaimana tertulis dalam buku “Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram” oleh Mansya Aji Putra, adalah gersang dan tandus, terletak di sebelah timur Kota Suci Makkah. Tempat ini dikenal sebagai lokasi pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Muzdalifah, seiring perjalanan Rasulullah SAW, menjadi tempat di antara Arafah dan Mina. Tradisi mengajarkan bahwa Rasulullah SAW melakukan salat Maghrib yang dijamak ta'khir dengan Isya dan mabit di sana setelah wukuf di Arafah.
Sementara itu, Mina memiliki kisah menarik, di mana Nabi Adam AS mendengar bisikan tentang pertemuannya dengan sang istri, Hawa
Wallahu a'lam.