Yaumul Mizan: Ketika Amal ditimbang

Yaumul Mizan: Ketika Amal ditimbang

Peristiwa penting yang akan terjadi di Hari Kiamat adalah Yaumul Mizan, di mana seluruh amal perbuatan manusia, baik maupun buruk, akan ditimbang. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah seseorang layak memasuki surga atau menghadapi siksa neraka.

Peristiwa Yaumul Mizan disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 47:

وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ

Artinya: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)-nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, ayat ini memberikan penjelasan yang tegas tentang jaminan Allah SWT terhadap seluruh amal perbuatan hamba-Nya. Dengan timbangan/neraca yang adil, sehingga tidak ada seorang pun yang akan dirugikan walau sedikit. Tidak ada seorang hamba yang amal kebaikannya dikurangi atau kejahatannya dilebih-lebihkan, meski seberat biji sawi sekalipun. Ayat ini juga menjelaskan konsekuensi dari amal perbuatan manusia. Perbuatan baik akan mendapatkan balasannya, begitu pun halnya perbuatan buruk.

Makna Mizan dalam Islam

Berdasarkan buku " The Miracle of Mizan Keajaiban Amalan dan Doa Penentu Masuk Surga Tanpa Hisab" susunan Junaidi Ahmad Al Fatti, mizan adalah neraca keadilan milik Allah SWT. yang digunakan untuk menimbang amal seluruh makhluk. Mizan ini benar-benar nyata seperti timbangan di dunia, walaupun bentuk dan ukurannya tidak dapat dinalar oleh akal manusia.

Sebagian ulama menggambarkan bahwa kedua sisi timbangan itu lebih luas dari lapisan langit dan bumi. Malaikat Jibril bertugas memegang dan memeriksa isi timbangan secara teliti, sedangkan Malaikat Mikail berjaga setelah proses hisab selesai dilakukan.

Pendapat Ulama tentang Apa yang Ditimbang

Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai objek yang ditimbang pada hari Yaumul Mizan. Berdasarkan sumber tersebut, terdapat empat pendapat ulama mengenai hal ini.

1. Yang Ditimbang Adalah Pelakunya

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang ditimbang adalah fisik orang yang melakukan amal. Berat atau ringannya tubuh tersebut dipengaruhi oleh kekuatan imannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya pada Hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk." (HR Bukhari dan Muslim)

2. Yang Ditimbang Adalah Buku Catatan Amal

Pendapat kedua menyatakan bahwa yang akan ditimbang adalah buku catatan amal. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat al-Qurthubi. Dalam tafsirnya, beliau menyatakan, "Yang benar, berat dan ringannya timbangan itu tergantung pada kitab yang di sana ada catatan amal."

3. Yang Ditimbang Adalah Amal Perbuatan

Menurut pendapat ketiga, yang ditimbang adalah amal itu sendiri. Di hari akhir, amal perbuatan akan diwujudkan dalam bentuk nyata dan diletakkan di atas timbangan, baik amal kebaikan maupun keburukan.

Hadits dari Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Dua kalimat yang dicintai Allah ar-Rahman, ringan di lisan dan berat di timbangan, yaitu Subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil 'azhim (Maha Suci Allah sambil memuji-Nya dan Mahasuci Allah Yang Mahaagung)." (HR Bukhari dan Muslim)

4. Yang Ditimbang Adalah Semuanya

Pendapat terakhir menyatakan bahwa yang akan ditimbang meliputi pelaku amal, buku catatan, serta amal perbuatannya. Pendapat ini memiliki dasar dari hadits yang menunjukkan keterlibatan ketiganya.

Diriwayatkan dari Abdullah ibn 'Amr ibn al-'Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pada Hari Kiamat, mizan akan dipasang. Seorang laki-laki didatangkan, lalu diletakkan di atas salah satu daun timbangan beserta amalnya yang telah dihitung. Kebaikannya kalah. Laki-laki itu kemudian digiring ke neraka. Ketika mundur, tiba-tiba sebuah suara di dekat Allah berteriak, 'Jangan tergesa-gesa, jangan masukkan dulu ia ke neraka. Masih ada yang tersisa darinya yang belum ditimbang.' Lalu, didatangkan sebuah kartu bertuliskan, Laa ilaha illallah. Kartu itu pun diletakkan di salah satu daun timbangan hingga mizan pun miring ke arah daun timbangan yang berisi kartu tersebut." (HR Ahmad - hadits ini dha'if karena di dalamnya terdapat nama Ibnu Abi Lahi'ah)

Wallahu a'lam.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url