Menelisik Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an
Ilmu tajwid memegang peran vital dalam Islam, terbukti dengan relevansinya terhadap Al-Qur'an, kitab suci umat muslim. Mempelajari tajwid tidak hanya menyempurnakan bacaan, tetapi juga memiliki implikasi luas bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR Bukhari), menekankan pentingnya memahami Al-Qur'an secara mendalam.
Surah Al-Muzammil ayat 4 juga memerintahkan agar membaca Al-Qur'an secara tartil. "Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan", Ibnu Katsir menjelaskan bahwa "tartil" dalam konteks ini berarti membaca Al-Qur'an dengan lambat, jelas, dan sesuai kaidah-kaidah yang benar.
Dalam perjalanan kita mempelajari tajwid, kita akan menemukan berbagai macam bacaan, termasuk bacaan gharib. Walaupun mungkin terdengar asing karena jarang muncul, pemahamannya sangat penting.
Pengertian Bacaan Gharib
Berdasarkan Modul Tajwid Al-Qur'an Konten Aplikasi Kampung Mengaji Digital, bacaan gharib merujuk pada bacaan yang menyimpang dari aturan-aturan tajwid umum, namun tetap wajib untuk dipelajari dan dipraktikkan.
Untuk menguasai bacaan gharib, talaqqi atau musyafahah, yaitu belajar langsung dari seorang guru atau ustadz yang memiliki pemahaman mendalam tentang tata cara bacaan tersebut, sangat dianjurkan.
Macam-Macam Bacaan Gharib
Buku Tuntunan Belajar Tajwid bagi Pemula karya Zaki Zamani, berdasarkan riwayat Imam Hafsh, menjelaskan beberapa jenis bacaan gharib berikut:
1. Saktah
Saktah adalah hukum tajwid yang mengharuskan berhenti sejenak dalam membaca Al-Qur'an tanpa menghirup udara atau bernapas. Durasi saktah biasanya sekitar satu alif, atau sekitar dua harakat.
Contoh: Surah Yasin ayat 52 ( قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ )
2. Isymam
Bacaan isymam terjadi pada huruf nun yang bertasydid, yaitu gabungan dari dua huruf nun yang saling berdampingan. Salah satu nun dihilangkan dalam bacaannya. Isymam hanya muncul pada satu tempat dalam Al-Qur'an.
Contoh: Surah Yusuf ayat 11 (لَا تَأْمَنَّا). Nunnya dipengaruhi dengan "monyongkan bibir”.
3. Imalah
Bacaan imalah ditandai dengan pengucapan fathah yang condong ke kasrah. Imalah hanya ditemukan dalam satu ayat dalam Al-Qur'an.
Contoh: Surah Hud ayat 41 (مَجْرَاهَا ) dibaca "majreha".
4. Tashil
Bacaan tashil terjadi saat dua hamzah berurutan. Hamzah pertama dibaca tahqiq (seperti biasa), sementara hamzah kedua dibaca seperti huruf "ha" yang samar, di antara bunyi hamzah dan alif. Tashil hanya terdapat pada satu ayat dalam Al-Qur'an.
Contoh: Surah Fussilat ayat 44 (أَأَعْجَمِيٌّ)
5. Naqel
Bacaan naqel melibatkan pemindahan kasrah pada huruf hamzah ke huruf sebelumnya. Naqel hanya dapat ditemukan dalam satu surah di dalam Al-Qur'an.
Contoh: Surah Al-Hujurat ayat 11 (بِئْسَ الِاسْمُ) dibaca "bi' salismu" bukan "bi' sal-ismu".
Memahami bacaan gharib merupakan langkah penting dalam upaya kita menguasai Al-Qur'an secara total. Melalui pembelajaran dan latihan yang sungguh-sungguh, kita dapat mendekatkan diri kepada Al-Qur'an dengan cara yang lebih baik dan tepat.