Mengenal Miqat: Gerbang Awal Ibadah Haji dan Umrah

Mengenal Miqat: Gerbang Awal Ibadah Haji dan Umrah

Miqat, sebuah istilah yang akrab bagi jemaah calon haji dan umrah, memegang makna penting dalam rangkaian ibadah di tanah suci. Miqat merupakan batas wilayah yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai tanda awal mula jemaah memasuki ihram, sebuah kondisi suci yang mengharuskan mereka untuk menjaga ketaatan dan kesucian selama menjalankan ibadah haji atau umrah.

Dalam konteks ibadah haji, miqat makani, yaitu batas wilayah yang ditetapkan sebagai tempat dimulainya ihram bagi para jemaah, menjadi sangat krusial. Melawan aturan ini tanpa berihram akan berakibat pada kewajiban membayar denda. Lantas, apa itu miqat makani dan di mana saja lima titik penting yang telah ditetapkan sebagai miqat?

Pengertian Miqat

Berdasarkan kitab "Manasik Haji & Umrah" karya Abu Abdillah Mubarak, miqat merupakan ketentuan waktu dan lokasi yang ditentukan Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai awal pelaksanaan ibadah haji atau umrah. Miqat terbagi menjadi dua jenis, yaitu miqat zamani (ketentuan waktu) dan miqat makani (ketentuan tempat).

Miqat zamani untuk ibadah umrah tidak memiliki batas waktu tertentu, sehingga dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Sementara itu, miqat zamani untuk haji memiliki batasan waktu yang tak boleh dilanggar, sama seperti mengerjakan salat Zuhur di luar waktu yang ditentukan.

Sedangkan miqat makani merujuk pada lokasi-lokasi tertentu yang ditetapkan sebagai titik awal untuk memulai ihram bagi siapa pun yang hendak berhaji atau berumrah. Lokasi-lokasi ini telah ditentukan oleh Rasulullah SAW.

5 Titik Tempat Miqat Sesuai Hadits

Tentang batas-batas miqat makani, terdapat penjelasan dari hadits shahih yang dikeluarkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan dalam buku "Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah" karya Ahmad Sarwat:

“إِنَّ رَسُول الله الله وَفَّت لأهل الْمَدِينَةِ ذَا الْحُلَيْفَةِ وَلِأَهْلِ الشَّامِ الْجُحْفَةَ ولأن هل نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ وَلأِهْل الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ. هُنَّ هُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِ أَهْلِهِنَّ مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ. وَمَنْ كَانَ دُونَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ حَتَّى أَهْل مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ. (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya: Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menetapkan batas (miqat makani) buat penduduk Madinah adalah Dzul Hulaifah, buat penduduk Syam adalah Juhfah, buat penduduk Najd adalah Qarnul-manazil, buat penduduk Yaman adalah Yalamlam. Semua berlaku buat penduduk tempat itu dan orang-orang yang melewatinya yang berniat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Dan barang siapa yang berada lebih dekat dari tempat-tempat itu, maka miqatnya adalah dari tempat tinggalnya sampai-sampai penduduk Makkah (miqatnya) dari Mekkah.

Berdasarkan hadits tersebut, berikut adalah lima lokasi miqat makani yang telah ditetapkan:

  • Bir Ali (Dzulhulaifah) : Terletak di bagian utara Makkah, berjarak sekitar 450 kilometer. Tempat ini menjadi miqat bagi jemaah yang datang dari arah Madinah.
  • Al-Juhfah : Berada di barat laut Makkah, dengan jarak kurang lebih 187 kilometer. Wilayah ini digunakan sebagai miqat oleh jemaah yang berasal dari wilayah Syam atau negara-negara dengan jalur serupa.
  • Yalamlam : Daerah berbukit di sebelah selatan Makkah, sekitar 54 kilometer jauhnya. Miqat ini ditujukan bagi penduduk Yaman serta jemaah dari arah Yaman dan kawasan Asia.
  • Qarnul Manazil : Berada di wilayah perbukitan timur Makkah dan membentang hingga ke Arafah, dengan jarak sekitar 94 kilometer. Lokasi ini diperuntukkan sebagai miqat bagi jemaah dari wilayah Najd.
  • Dzatu 'Irq : Terletak di timur laut Makkah, berjarak sekitar 94 kilometer. Tempat ini menjadi miqat bagi jemaah yang datang dari arah Irak.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak