Menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah: Hijrah dari Rutinitas Menuju Amal Bernilai
Muharram datang membawa suasana berbeda bagi umat Islam di Indonesia. Tahun baru Islam dirayakan dengan beragam tradisi yang mencerminkan kekayaan budaya dan keberagaman Islam di Tanah Air. Dari Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, hingga doa bersama di masjid-musala di kampung-kampung, setiap tradisi menunjukkan bagaimana Islam berakar kuat di masyarakat Indonesia.

Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menyorot pentingnya menjaga makna Hijriyah di balik tradisi-tradisi perayaan. Dalam keterangan tertulisnya, ia menekankan bahwa Islam di Indonesia bukan hanya ritual, tetapi juga semangat yang harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari. "Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial," katanya.
Menteri Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk menyambut tahun baru hijriah 1447 dengan tiga kata kunci: bersyukur, berhijrah, dan berkontribusi. "Kita bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Kita berhijrah untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Kita berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan makmur.
Ia juga mengutip Firman Allah SWT dalam Surah At-Taubah ayat 20: اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ;—
Artinya, "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."
"Hijrah dalam Surah At-Taubah ayat 20 bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi," pesan Menag.
"Hari ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai? Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam kejujuran, dalam kasih sayang, dalam tindakan sehari-hari?" lanjutnya.
Tahun Baru Islam dirayakan dengan semangat sunyi, penuh refleksi dan zikir. Di balik kesederhanaannya, terdapat kekuatan yang luar biasa. Perubahan besar tak lain dimulai dari perenungan mendalam dalam diri sendiri. Menteri Nasaruddin Umar berharap, hijrah tak hanya berpindah waktu, tetapi juga berpindah kualitas hidup.