Puasa Asyura: Tak Terabaikan Bagi Penggemar Imam Hussain
Puasa Asyura, ibadah sunnah yang jatuh pada 10 Muharram, menyimpan keutamaan besar bagi umat Muslim. Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengawalinya dengan puasa Tasua, sehari sebelumnya. Namun, bolehkah berpuasa Asyura tanpa Tasua?
Dalam
Riyadhus Shalihin susun Imam an-Nawawi dan Bulughul Maram karya Ibnu Hajar al-Asqalani terdapat hadits keutamaan puasa Asyura yang dijamin bisa menghapus dosa setahun yang lalu.
“عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ {أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ. قَالَ: "يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ, وَسُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ. قَالَ: "يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ" وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ, قَالَ : ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Artinya: Dari Abu Qatadah Al-Anshari, bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, maka beliau bersabda, "Puasa Arafah menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun berikutnya.” Dan ditanya tentang puasa hari Asyura, maka beliau berkata, “Menghapus dosa tahun yang lalu.” Kemudian beliau ditanya tentang puasa hari Senin, lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, diutus, dan diturunkan wahyu kepadaku.” (HR Muslim)
Mengenai pelaksanaan puasa Asyura, sebaikan berpuasa dengan menłączkannya dengan puasa Tasua. Hal ini terambil dari hadits Rasulullah SAW yang memerintahkan untuk berpuasa Asyura dengan berpuasa sehari sebelum atau setelahnya. Tentu saja, bertujuan untuk membedakan dengan tradisi orang Yahudi.
Dalam
Syarah Riyadhus Shalihin , hari Asyura (10 Muharram) adalah hari di mana Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya, sementara menenggelamkan Firaun dan pengikutnya. Orang-orang Yahudi memperingati hari tersebut dengan berpuasa. Nabi Muhammad SAW melihat tradisi puasa Asyura tersebut dilaksanakan oleh orang-orang Yahudi di Madinah. Beliau lantas bersabda:
"نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ"
Artinya: "Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian semua."
Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“لَئِنْ بَقِيَتْ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ"
Artinya: “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram." (HR Muslim)
Hadits tersebut menjadi hujjah para ulama berkaitan dengan anjuran puasa Asyura bersama Tasua.
Jika seseorang hanya berpuasa Asyura tanpa Tasua, dianjurkan baginya berpuasa pada 11 Muharram. Hal ini dijelaskan A.R Shohibul Ulum dalam buku
Fiqih Seputar Wanita mengacu pada pendapat Imam Syafi'i. Imam Syafi'i menyatakan sunnah hukumnya berpuasa pada 9, 10, dan 11 Muharram. Kesunnahan puasa tiga hari sekaligus itu dipaparkan Imam Syafi'i dalam kitab
al-Umm dan al-Imlaa' .
Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama RI, puasa Tasua dan Asyura 2025 akan dilaksanakan akhir pekan ini. Dalam kalender tersebut, 1 Muharram 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.