Fase periwayatan dan penyebaran mazhab Syafi’i
Setelah imam Syafi’i wafat pada bulan Rajab tahun 204 H, para murid terdekat imam Syafi’i terus meriwayatkan, menyusun, dan mengajarkan apa yang mereka pelajari dari imam mereka. Imam Al-Buwaithi yang paling tua diantara mereka menggantikan posisi imam Syafi’i dalam halaqah pengajian imam Syafi’i lebih dari 20 tahun, hingga beliau ditangkap dalam peristiwa mihnah dan dibawa ke Baghdad. Kemudian digantikan oleh Imam Al-Muzani. Berbeda dengan Imam Al-Buwaithi, Imam Al-Muzani menulis kitab, salah satunya adalah kitab mukhtasar yang populer dengan nama Mukhtasar Al-Muzani, yang merupakan kitab mukhtasar pertama dalam mazhab. Ulama Syafi’iyah setelahnya mengikuti metode penulisan Imam Al-Muzani.
Sedangkan Al-Rabi’ Al-Muradi, yang hidup hingga 66 tahun setelah Imam Syafi’i wafat, merupakan periwayat yang paling teliti dalam menjaga dan meriwayatkan kitab-kitab imam Syafi’i, seperti Al-Umm dan Al-Risalah. Beliau memiliki peran paling besar dalam meriwayatkan karya imam Syafi’i. Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika ada 700 kendaraan didepan rumah Al-Rabi’ Al-Muradi membawa orang-orang yang ingin mempelajari kitab imam Syafi’i.
Upaya dan Kerja keras yang dilakukan Imam Al-Buwaithi dalam meneruskan halaqah Imam Syafi’i, Usaha Imam Al-Muzani dalam menulis kitab-kitab mazhab, dan Al-Rabi’ Al-Muradi dalam menjaga dan meriwayatkan kitab-kitab imam Syafi’i, berperan besar dalam terpeliharanya mazhab Syafi’i dari menghilang dan punah sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan mazhab-mazhab lainnya.
Mazhab Syafi’i pada masa-masa awal penyebarannya tersebar melalui pengajaran, pengkajian, dan perdebatan. Berbeda dengan mazhab Hanafi dan Maliki yang menyebar melalui upaya para ulama dengan dukungan khalifah terhadap ilmu-ilmu dan fatwa-fatwanya. Mazhab Hanafi memiliki Abu Yusuf yang menjadi hakim agung, hakim-hakim dari ujung Timur hingga ujung Afrika semua dibawah kekuasaannya. Beliau hanya mengangkat para sahabat dan yang bermazhab Hanafi sebagai hakim. Sedangkan mazhab Maliki memiliki Yahya bin Yahya yang dihormati dan diterima pendapatnya tentang hakim oleh Sultan di Andalusia. Semua hakim yang diangkat di Andalusia atas saran dan pilihannya.
Berikut beberapa murid imam Al-Muzani dan imam Al-Rabi’ yang berperan besar dalam penyebaran mazhab :
1. Abu al-Qasim al-Anmathi (w. 288 H), beliau yang menyebarkan mazhab jadid di Bagdad.
2. Abu Al-Abbas bin Surayj (w. 306 H), dijuluki Al-Bāz Al-Asyhab (Elang pemburu berwarna kelabu, adalah salah satu dari Syafi’iyah pertama yang menjadi hakim di Syiraz, dan mempunyai peran paling besar dalam penyebarannya mazhab Syafi’i pada fase ini.
3. Abu Zur’ah al-Dimashqi (w. 302 H), hakim mazhab Syafi’i pertama di Mesir. Beliau berjasa memperkenalkan mazhab Syafi’i ke Damaskus setelah dia menjabat sebagai hakim di sana.
4. Abu Al-Abbas Al-‘Asham (w. 346 H) mempelajari kitab-kitab Imam Imam Syafi’i dari Al-Rabi’ Al-Muradi terus meriwayatkan kitab-kitab Imam Syafi’i hingga 76 tahun setelah wafatnya Al-Rabi Al-Muradi.
5. Al-Qaffal al-Syasyi al-Kabir (w. 365 H), mempelajari mazhab Syafi’i dari Ibnu Surayj dan menyebarkannya di Transoxiana (ma waraannahar ).
Dengan perjuangan mereka, mazhab Syafi’i menyebar dari negeri-negeri sekitar sungai Nil hingga Transoxiana (ma waraanahri), selain kehadirannya di Hijaz. Sedangkan di Afrika Utara dan Andalusia, murid Imam Shahnun, Imam mazhab Maliki, mempunyai pengaruh di sana. Mereka berupaya menegakkan mazhab Maliki di wilayah tersebut. Mazhab Syafi’i mengalami kemunduran di Mesir pada akhir fase ini dengan masuknya Dinasti Fatimiyah di sana pada tahun 358 H. Hal tersebut membuat mazhab Syafi’i terkonsentrasi di Irak dan Transoxiana (Merupakan wilayah kuno dalam sejarah yang sekarang bagian dari Asia Tengah, yang meliputi Uzbekistan, Kazakhstan bagian barat daya, dan Kyrgyzstan bagian selatan. ) .
Ulama terkemuka yang muncul pada fase penyebaran mazhab
Pada tahapan ini hadir sejumlah ulama Syafi’iyah yang mencapai tingkatan mujtahid mutlak, antara lain:
1. Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam (wafat 256 H), Seorang ahli bahasa, beliau belajar pada Imam Imam Syafi’i, kemudian independen dalam berijtihad. di antara kitab-kitabnya yang paling menonjol adalah “Al-Amwal” dan “Gharib al-Hadist”.
2. Daud Al-Zahiri (w. 270 H), seorang imam dan ahli fikih, beliau mempelajari fiqih mazhab imam Imam Syafi’i kemudian keluar dan membangun mazhab Zahiri.
3. Muhammad bin Nasr al-Marwazi (w. 294 H), salah satu imam, hafiz dan ahli hukum. Salah satu kitabnya yang paling terkenal “Ikhtilaf al-fuqaha’”.
4. Muhammad bin Ishaq bin Khuzaymah (w. 311 H), penulis kitab “Shahih Ibnu Khuzaymah”.
5. Muhammad bin Ibrahim bin Al-Munzdir (w. 318 H) terkenal dengan kealimannya di bidang fiqih dan hadits. Beliau mencapai tingkat mujtahid, salah satu kitabnya yang paling terkenal adalah: “al-ijma’”.
6. Ibnu Jarir al-Tabari (w. 310 H) adalah seorang mufassir, sejarawan, dan ahli fikih. Beliau dijuluki Imamnya para mufassir. Di antara buku-bukunya yang paling terkenal adalah: “Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an” dan “Tahdzib al-Atsar”
Pada fase ini muncul bayak ulama yang mencapai tingkatan Ashabil wujuh. Baca selengkapnya
Post a Comment