Rahmat Allah Kepada Beberapa Para Nabi - Allah Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Allah salah satunya dijelaskan melalui topik Rahmat Allah Kepada Beberapa Para Nabi, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.
QS. Al-Anbiya (21:72)
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ
72. Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh
Tafsir Jalalain
(Dan Kami telah memberikan kepadanya) kepada Ibrahim, yang sebelumnya selalu mendambakan mempunyai seorang anak, sebagaimana yang disebutkan di dalam surah Ash-Shaffat (Ishak dan Yakub sebagai suatu anugerah) dari Kami, yaitu anugerah yang lebih daripada apa yang dimintanya. Atau yang dimaksud dengan Naafilah adalah cucu (Dan masing-masingnya) Nabi Ibrahim dan kedua anaknya itu (Kami jadikan orang-orang yang saleh) yakni menjadi nabi semuanya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain kepada Ibrahim a.s. sebagai tambahan atas nikmat-Nya yang telah lalu, yaitu bahwa Allah telah menganugerahkan seorang putra yaitu Ishak, sedang Yakub adalah putra dari Ishak, jadi sebagai cucu Ibrahim yang melahirkan keturunan Bani Israil. Di samping itu Ibrahim juga mempunyai seorang putra lainnya, yaitu Ismail, dari Siti Hajar. Allah telah menjadikan kesemuanya, yaitu Ibrahim, Ismail, Ishak dan Yakub sebagai nabi-nabi dan orang-orang yang saleh.
QS. Al-Anbiya (21:73)
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ
73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,
Tafsir Jalalain
(Kami telah menjadikan mereka itu sebagian pemimpin-pemimpin) dapat dibaca A-immatan atau Ayimmatan, yakni pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami) memberi petunjuk kepada mereka untuk memeluk agama Kami (dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat) hendaknya mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka mengerjakan semuanya itu. Huruf Ha dari lafal Iqaamah dibuang demi untuk meringankan bunyi, sehingga menjadi Iqaamash Shalaati bukan Iqaamatish Shalaati (dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah).
Tafsir Tahlili Kemenag
Di samping itu Allah juga mewahyukan kepada mereka agar mendirikan salat dan membayarkan zakat. Kedua macam ibadah ini disebutkan Allah secara khusus, sebab ibadah salat memiliki keistimewaan sebagai ibadah jasmaniah maupun sebagai sarana yang mengokohkan hubungan hamba dengan Tuhannya, sedang zakat mempunyai keistimewaan baik sebagai ibadah harta yang paling utama yang mempererat hubungan dengan sesama hamba, lebih-lebih bila diingat bahwa harta benda sangat penting kedudukannya dalam kehidupan manusia.
Kedua macam ibadah ini, walaupun harus dilengkapi dengan ibadah-ibadah lainnya, namun ia telah mencerminkan dua sifat utama pada diri manusia yaitu taat kepada Allah, dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Akhirnya, pada ujung ayat ini Allah menerangkan bahwa keturunan Nabi Ibrahim itu adalah orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan penuh rasa khusyuk dan tawadu’.
QS. Al-Anbiya (21:74)
وَلُوْطًا اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا وَّنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ تَّعْمَلُ الْخَبٰۤىِٕثَ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فٰسِقِيْنَۙ
74. dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik,
Tafsir Jalalain
(Dan kepada Luth, Kami telah berikan hukum) yang memutuskan di antara orang-orang yang bersengketa (dan ilmu dan telah Kami selamatkan dia dari azab yang telah menimpa kota yang penduduknya mengerjakan) perbuatan-perbuatan (keji) yaitu seperti liwath atau homosex, main dadu, menebak nasib dengan burung dan lain sebagainya. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat) lafal Sau-in adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a lawan kata dari Sarra, artinya jahat atau buruk (lagi fasik).
Tafsir Tahlili Kemenag
Kedua, Ia juga dikaruniai ilmu pengetahuan yang sangat berguna terutama ilmu agama, sehingga ia dapat mengetahui dan melaksanakan dengan baik kewajiban-kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesama mahluk. Kedua syarat ini sangat penting bagi orang-orang yang akan diutus Allah sebagai Nabi dan Rasul-Nya.
Ketiga, Ia telah diselamatkan Allah ketika negeri tempat tinggalnya, yaitu Sodom ditimpa azab Allah karena penduduknya banyak berbuat kejahatan dan kekejian secara terang-terangan. Perbuatan-perbuatan keji yang mereka kerjakan di antaranya melakukan hubungan kelamin antara sesama lelaki (homosex), mengganggu lalulintas perniagaan dengan merampok barang-barang perniagaan itu, mendurhakai Lut dan tidak mengindahkan ancaman Allah dan lain-lain. Maka kota Sodom itu dimusnahkan Allah. Nabi Lut beserta keluarganya diselamatkan Allah kecuali istrinya yang ikut mendurhakai Allah.
Pada akhir ayat ini Allah menjelaskan apa sebabnya kaum Lut sampai melakukan perbuatan jahat dan keji semacam itu, ialah karena mereka telah menjadi orang-orang jahat dan fasik, sudah tidak mengindahkan hukum-hukum Allah, dan suka melakukan hal-hal yang terlarang, sehingga mereka bergelimang dalam perbuatan-perbuatan dosa dan ucapan-ucapan yang tidak senonoh yang semuanya dilakukan mereka dengan terang-terangan, tanpa rasa malu.
QS. Al-Anbiya (21:75)
وَاَدْخَلْنٰهُ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهٗ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ࣖ
75. dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh.
Tafsir Jalalain
(Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami) yang antara lain dia Kami selamatkan dari kaumnya. (Karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh).
Tafsir Tahlili Kemenag
قَالَ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلْجَنَّةِ: أَنْتِ رَحْمَتِيْ أَرْحَمُ بِكِ مَنْ اَشَاءُ مِنْ عِبَادِيْ. (رواه البخاري)
Allah berfirman kepada surga, “Kamu adalah rahmat-Ku, dengan kaulah Aku rahmati orang-orang yang Aku kehendaki di antara hamba-hambaKu.” (Riwayat al-Bukhārī)
Akhirnya, pada ujung ayat ini Allah menjelaskan apa sebabnya dia mengaruniakan rahmat yang begitu besarnya kepada Nabi Lut yaitu karena dia termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang saleh yang selalu menaati perintah dan larangan Allah.
QS. Al-Anbiya (21:76)
وَنُوْحًا اِذْ نَادٰى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَنَجَّيْنٰهُ وَاَهْلَهٗ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيْمِ ۚ
76. Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah (Nuh) kalimat yang sesudahnya merupakan Badal atau kata ganti daripadanya (ketika dia berdoa) yakni berdoa bagi kebinasaan kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh ayat lain, yaitu firman-Nya, "Ya Rabbku! Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (Q.S. Nuh, 26). (sebelum itu) sebelum Nabi Ibrahim dan Nabi Luth (dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya) beserta orang-orang yang ada di dalam bahteranya (dari bencana yang besar) dari bencana tenggelam dan permusuhan kaumnya yang mendustakannya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nūḥ71: 26)
Dan doanya lagi:
اَنِّيْ مَغْلُوْبٌ فَانْتَصِرْ
“Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).” (al-Qamar54: 10)
Akan tetapi doa-doa tersebut diucapkannya setelah 950 tahun lamanya ia melakukan dakwahnya, namun kaumnya tetap juga ingkar dan tidak memperdulikan seruannya kepada agama Allah.
Menurut riwayat, Nabi Nuh a.s. diutus Allah menjadi Rasul-Nya pada waktu itu ia berusia 40 tahun. Sesudah terjadinya azab Allah berupa angin taufan dan banjir besar Nabi Nuh masih hidup selama 40 tahun. Dengan demikian, maka diperkirakan usianya mencapai ā1050 tahun.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah Nuh a.s. mengucapkan doa-doa tersebut maka Allah mengabulkannya, yaitu dengan menimpakan banjir yang amat dahsyat, sehingga air laut meluap tinggi dan membinasakan negeri tersebut bersama orang-orang yang tidak beriman.
Adapun Nabi Nuh dan keluarganya kecuali istri dan anaknya yang durhaka, serta kaumnya yang beriman, telah diselamatkan Allah dari malapetaka yang dahsyat itu, yaitu dengan sebuah perahu besar yang dibuat Nabi Nuh sebelum terjadinya banjir atas perintah dan petunjuk Allah.
QS. Al-Anbiya (21:77)
وَنَصَرْنٰهُ مِنَ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فَاَغْرَقْنٰهُمْ اَجْمَعِيْنَ
77. Dan Kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya.
Tafsir Jalalain
(Dan Kami telah menolongnya) Kami pelihara dia (dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat Kami) yang menunjukkan kerasulannya, hingga mereka tidak dapat menimpakan keburukan kepadanya (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya).
Tafsir Tahlili Kemenag
Kisah-kisah yang dikemukakan dalam Al-Qur’an ini haruslah menjadi pelajaran bagi umat manusia, setelah diutusnya Nabi Muhammad saw, kepada seluruh umat manusia. Allah berfirman:
فَاعْتَبِرُوْا يٰٓاُولِى الْاَبْصَارِ
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan! (al-ḥasyr59: 2)
QS. Al-Anbiya (21:78)
وَدَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ اِذْ يَحْكُمٰنِ فِى الْحَرْثِ اِذْ نَفَشَتْ فِيْهِ غَنَمُ الْقَوْمِۚ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شٰهِدِيْنَ ۖ
78. Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah (Daud dan Sulaiman) yakni kisah keduanya, dijelaskan oleh ayat selanjutnya (di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman) berupa ladang atau pohon anggur (karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya) kambing-kambing itu memakannya dan merusaknya di waktu malam hari tanpa ada penggembalanya, karena kambing-kambing itu lepas dengan sendirinya dari kandangnya. (Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu) Dhamir jamak dalam ayat ini menunjukkan makna untuk dua orang, yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Daud berkata, "Pemilik ladang itu berhak untuk memiliki kambing-kambing yang telah merusak ladangnya". Akan tetapi Nabi Sulaiman memutuskan, "Pemilik kebun hanya diperbolehkan memanfaatkan air susu, anak-anak dan bulu-bulunya, sampai tanaman ladang kembali seperti semula, diperbaiki oleh pemilik kambing, setelah itu ia diharuskan mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya".
Tafsir Tahlili Kemenag
Pendapat Sulaiman jelas lebih tepat, karena akhirnya maing-masing dari kedua pihak yang berperkara akan mendapatkan kembali miliknya dalam keadaan utuh.
Perbedaan pandangan antara ayah dan anak dalam mengambil keputusan atas perkara tersebut adalah bahwa Daud a.s. lebih menitik beratkan perhatiannya kepada nilai kerusakan tanaman itu, yang dilihatnya sama dengan nilai domba yang merusaknya lalu ia memutuskan agar domba-domba itu diserahkan sepenuhnya kepada pemilik tanaman. Sedang Sulaiman a.s. lebih menitik beratkan pandangannya kepada manfaat domba dan manfaat tanaman itu, maka ia mengambil keputusan yang demikian itu. Bagaimana pun juga, masing-masing mereka mendasarkan keputusannya kepada ijtihad, bukan kepada wahyu, sehingga lahirlah dua keputusan yang berbeda.
Selanjutnya Nabi Daud pun mengakui pendapat anaknya itu lebih tepat, sehingga itulah yang ditetapkannya kemudian sebagai keputusannya, dan membatalkan pendapatnya yang semula.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyaksikan dan mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Daud dan Sulaiman dalam memeriksa dan memutuskan perkara tersebut, sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
QS. Al-Anbiya (21:79)
فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًاۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَۗ وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ
79. maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.
Tafsir Jalalain
(Maka Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang adil dan tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu berdasarkan ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang kedua yaitu yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum yang pertama, yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) daripada keduanya (Kami berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. (Dan Kamilah yang melakukannya) yakni Kamilah yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Daud.
Tafsir Tahlili Kemenag
Sesudah menyebutkan hal itu, maka Allah menerangkan selanjutnya rahmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka berdua, yaitu hukum-hukum dan ilmu pengetahuan, baik mengenai agama, atau pun masalah duniawi.
Rahmat seperti itu juga diberikan Allah kepada nabi-nabi-Nya yang lain, karena itu merupakan syarat pokok untuk menjadi Nabi.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan nikmat yang khusus dikaruniakan-Nya kepada Nabi Daud a.s. yaitu: bahwa Allah telah menjadikan gunung-gunung dan burung-burung tunduk kepada Daud a.s., semuanya bertasbih bersamanya.
Para akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia kuasa untuk memberikan karunia semacam ini kepada hamba-Nya, karena Dialah Pencipta dan Pemilik seluruh alam ini.
QS. Al-Anbiya (21:80)
وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ شٰكِرُوْنَ
80. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Tafsir Jalalain
(Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang terbuat dari besi, dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah berupa lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia (guna melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Allah, maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca Lituhshinahum, maka Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju besi itu melindungi diri kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Nabi Daud, maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam peperangan kalian) melawan musuh-musuh kalian. (Maka hendaklah kalian) hai penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku itu, yaitu dengan percaya kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal tersebut kepada-Ku.
Tafsir Tahlili Kemenag
Sebab itu, pada akhir ayat ini Allah mengajukan pertanyaan kepada umat Nabi Muhammad, apakah turut bersyukur atas karunia tersebut? Sudah tentu, semua umat yang beriman kepada-Nya, senantiasa mensyukuri segala karunia yang dilimpahkan-Nya.
QS. Al-Anbiya (21:81)
وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ عَاصِفَةً تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖٓ اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عٰلِمِيْنَ
81. Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tafsir Jalalain
(Dan) telah Kami tundukkan (untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya) dan pada ayat yang lain disebutkan Rukha-an, artinya angin yang sangat kencang dan pelan tiupannya, kesemuanya itu sesuai dengan kehendak Nabi Sulaiman (yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya) yakni negeri Syam. (Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ilmu Allah yang telah diberikan kepada Sulaiman itu akan mendorongnya tunduk patuh kepada Rabbnya. Allah melakukan hal itu sesuai dengan ilmu-Nya yang maha mengetahui segala sesuatu.
Tafsir Tahlili Kemenag
Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya. (Ṣād38: 36)
Menurut pendapat ulama lainnya Sulaiman menggunakan angin sebagai alat transportasi yang mengangkutnya dari satu kota ke kota lain. Firman Allah:
وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌ
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula). (Saba’34: 12)
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan, bahwa Dia senantiasa mengetahui segala sesuatu, sehingga tidak sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
QS. Al-Anbiya (21:82)
وَمِنَ الشَّيٰطِيْنِ مَنْ يَّغُوْصُوْنَ لَهٗ وَيَعْمَلُوْنَ عَمَلًا دُوْنَ ذٰلِكَۚ وَكُنَّا لَهُمْ حٰفِظِيْنَ ۙ
82. Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu,
Tafsir Jalalain
(Dan) telah Kami tundukkan pula kepadanya (segolongan setan-setan yang menyelam untuknya) mereka menyelam ke dalam laut, lalu mereka mengeluarkan batu-batu permata dari dalamnya untuk Nabi Sulaiman (dan mereka mengerjakan pekerjaan selain daripada itu) selain menyelam, yaitu seperti membangun bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya (dan adalah Kami memelihara mereka) supaya mereka jangan merusak lagi pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka perbuat. Karena watak setan itu bilamana selesai dari suatu pekerjaan sebelum malam tiba, mereka merusaknya kembali, jika mereka tidak disuruh mengerjakan pekerjaan yang lain.
Tafsir Tahlili Kemenag
Ayat ini menjelaskan rahmat Allah yang lain yang dikaruniakan-Nya khusus kepada Nabi Sulaiman a.s., yaitu bahwa Allah juga menundukkan segolongan setan yang patuh melakukan apa yang diperintahkan Sulaiman a.s. kepada mereka, misalnya: menyelam ke dalam laut untuk mengambil segala sesuatu yang diperlukannya, atau melakukan hal-hal untuk keperluan Sulaiman a.s. seperti mengerjakan bangunan dan sebagainya.
QS. Al-Anbiya (21:83)
۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ
83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah (Ayub,) kemudian dijelaskan oleh Badalnya, yaitu (ketika ia menyeru Rabbnya) pada saat itu dia mendapat cobaan dari-Nya; semua harta bendanya lenyap dan semua anak-anaknya mati serta badannya sendiri tercabik-cabik oleh penyakit, semua orang menjauhinya kecuali istrinya. Hal ini dialaminya selama tiga belas tahun, ada yang mengatakan tujuh belas tahun dan ada pula yang mengatakan delapan belas tahun. Selama itu penghidupan Nabi Ayub sangat sulit dan sengsara ("Sesungguhnya aku) asal kata Annii adalah Bi-ann (telah ditimpa kemudaratan) yakni hidup sengsara (dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang").
Tafsir Tahlili Kemenag
Walaupun berbeda-beda riwayat yang diperoleh tentang Nabi Ayyub, baik mengenai pribadinya, masa hidupnya dan macam penyakit yang dideritanya, namun ada hal-hal yang dapat dipastikan tentang dirinya, yaitu bahwa dialah seorang hamba Allah yang saleh, telah mendapat cobaan dari Allah, baik mengenai harta benda, keluarga, dan anak-anaknya, maupun cobaan yang menimpa dirinya sendiri. Dan penyakit yang dideritanya adalah berat. Meskipun demikian semua cobaan itu dihadapinya dengan sabar dan tawakal serta memohon pertolongan dari Allah dan sedikit pun tidak mengurangi keimanan dan ibadahnya kepada Allah.
QS. Al-Anbiya (21:84)
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ
84. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
Tafsir Jalalain
(Maka Kami pun memperkenankan seruannya) doanya (lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya) yakni semua anak-anaknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dengan cara menghidupkan mereka kembali. Jumlah anaknya ada tiga atau tujuh orang (dan Kami lipat gandakan bilangan mereka) bilangan anak-anaknya yang dilahirkan dari istrinya dan istrinya pun dimudakan-Nya. Nabi Ayub mempunyai dua buah lumbung; yang satu untuk tempat gandum dan yang satu lagi untuk tempat jewawut. Kemudian Allah mengirimkan dua kelompok awan; yang satu menurunkan hujan emas pada lumbung tempat gandum dan yang satunya lagi menurunkan hujan perak pada lumbung tempat jewawut, sehingga kedua lumbung itu penuh dengan emas dan perak (sebagai suatu rahmat) lafal Rahmatan ini menjadi Maf'ul Lah (dari sisi Kami) lafal Min 'Indinaa ini berkedudukan menjadi kata sifat (dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah) supaya mereka bersabar, yang karenanya mereka akan mendapatkan pahala.
Tafsir Tahlili Kemenag
Kesemuanya itu adalah rahmat Allah kepadanya, atas keimanan, kesabaran, ketakwaan dan kesalehannya, Al-Qur’an mengungkapkan kisah ini untuk menjadi peringatan dan pelajaran bagi semua orang yang beriman dan beribadah kepada Allah, bahwa:
a. Allah memberi rahmat dan pertolongan kepada hamba-Nya yang mukmin, bertakwa, saleh dan sabar.
b. Orang-orang yang mukmin pun tidak luput dari cobaan, berat atau pun ringan, sebagai ujian bagi mereka.
c. Orang yang beriman tidak boleh berputus asa dari rahmat Tuhannya.
Semakin tinggi kedudukan dan tanggung jawab manusia, semakin berat pula cobaan yang diterimanya. Dalam hubungan ini Rasulullah saw bersabda:
سَأَلَ سَعَدُ بْنُ اَبِى وَقَاصٍ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ اَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً، قَالَ اَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً اَلْاَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلاَمْثَلُ فَاْلاَمْثَلُ. (رواه ابن ماجه عن سعد بن ابي وقاص)
“Sa’ad bin Abi Waqāṣ bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling berat cobaannya, Rasulullah menjawab, Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, orang-orang yang mirip para nabi, kemudian orang-orang yang mirip mereka.” (Riwayat Ibnu Mājah dari Sa’ad bin Abi Waqāṣ)
QS. Al-Anbiya (21:85)
وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيْنَ ۙ
85. Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah (Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar) di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Allah memperingatkan Rasulullah dan kaum Muslimin kepada kisah Nabi Ismail, Idris dan
QS. Al-Anbiya (21:86)
وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
86. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.
Tafsir Jalalain
(Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami) yakni kenabian. (Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh) orang-orang yang mensyukuri rahmat Kami. Dinamakan Zulkifli karena ia telah menyanggupi akan melakukan puasa di siang hari dan beribadah pada malam harinya, serta ia berjanji akan memutuskan peradilan di antara orang-orang dan tidak akan marah. Kemudian ternyata ia memenuhi apa yang telah dijanjikannya itu. Menurut suatu pendapat dikatakan bahwa ia bukan seorang nabi, akan tetapi hanya orang saleh atau wali Allah saja.
Tafsir Tahlili Kemenag
Tafsir tidak tersedia setelah pembersihan.
QS. Al-Anbiya (21:87)
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
87. Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah (Dzun Nun) yaitu orang yang mempunyai ikan yang besar, dia adalah Nabi Yunus bin Mataa. Kemudian dijelaskan kalimat Dzun Nun ini oleh Badalnya pada ayat selanjutnya, yaitu (ketika ia pergi dalam keadaan marah) terhadap kaumnya, disebabkan perlakuan kaumnya yang menyakitkan dirinya, sedangkan Nabi Yunus belum mendapat izin dari Allah untuk pergi (lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mampu untuk menjangkaunya) menghukumnya sesuai dengan apa yang telah Kami pastikan baginya, yaitu menahannya di dalam perut ikan paus, atau menyulitkan dirinya disebabkan hal tersebut (maka ia menyeru dalam tempat yang gelap gulita) gelapnya malam dan gelapnya laut serta gelapnya suasana dalam perut ikan paus ("bahwa) asal kata An adalah Bi-an, artinya, bahwasanya (tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim") karena pergi dari kaumku tanpa seizin Allah.
Tafsir Tahlili Kemenag
Perlu diingat, bahwa kisah Nabi Yunus di dalam Al-Qur’an terdapat pada dua buah surah, yaitu Surah al-Anbiyā’ dan Surah Ṣād. Apabila kita bandingkan antara ayat-ayat yang terdapat pada kedua Surah tersebut yang mengandung kisah Nabi Yūnus ini, terdapat beberapa persamaan, misalnya dalam ungkapan-ungkapan yang berbunyi:
كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَّلَاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ ٣
Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Ṣād38: 3)
Ungkapan tersebut terdapat dalam Surah al-Anbiyā’ ini, dan terdapat pula dalam ayat Surah Ṣād. Perhatikan pula al-Anbiyā’21:11 dan Yūnus10: 13.
Dalam ayat ini Allah berfirman, mengingatkan manusia pada kisah Nabi Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah. Yang dimaksud ialah bahwa pada suatu ketika Nabi Yunus sangat marah kepada kaumnya, karena mereka tidak juga beriman kepada Allah. Ia telah diutus Allah sebagai Rasul-Nya untuk menyampaikan seruan kepada umatnya, untuk mengajak mereka kepada agama Allah. Tetapi hanya sedikit saja di antara mereka yang beriman, sedang sebagian besar mereka tetap saja ingkar dan durhaka. Keadaan yang demikian itu menjadikan ia marah, lalu pergi ke tepi laut, menjauhkan diri dari kaumnya.
Kisah ini memberi kesan bahwa Nabi Yunus tidak dapat berlapang hati dan sabar menghadapi umatnya. Akan tetapi memang demikianlah keadaannya, ia termasuk nabi-nabi yang sempit dada. Memang dari sekian banyak Nabi dan Rasul yang diutus Allah, hanya lima orang saja yang disebut “Ulul Azmi”, yaitu rasul-rasul yang amat sabar dan ulet. Mereka adalah Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Nuh dan Muhammad saw. Sedang yang lain-lainnya, walaupun mereka ma’ṣūm dari dosa besar dan sifat-sifat yang tercela, namun pada saat-saat tertentu sempit juga dada mereka menghadapi kaum yang ingkar dan durhaka kepada Allah.
Akan tetapi, walaupun Nabi Yunus pada suatu ketika marah kepada kaumnya, namun kemarahannya itu dapat dipahami, karena ia sangat ikhlas kepada mereka, dan sangat ingin agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menjalankan agama Allah yang disampaikannya kepada mereka. Tetapi ternyata sebagian besar dari mereka itu tetap ingkar dan durhaka. Inilah yang menyakitkan hatinya, dan mengobarkan kemarahannya.
Nabi Muhammad sendiri, walaupun sudah termasuk ūlul ‘azmi, namun Allah beberapa kali memberi peringatan kepada beliau agar jangan sampai marah dan bersempit hati menghadapi kaumnya yang ingkar. Allah berfirman dalam ayat yang lain:
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِۘ
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan. (al- Qalam68: 48)
Firman-Nya lagi kepada Nabi Muhammad saw:
فَلَعَلَّكَ تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَضَاۤىِٕقٌۢ بِهٖ صَدْرُكَ
Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenanya. (Hūd11: 12)
Ringkasnya sifat marah yang terdapat pada Nabi Yunus bukanlah timbul dari sifat yang buruk, melainkan karena kekesalan hatinya melihat keingkaran kaumnya yang semula diharapkannya untuk menerima dan melaksanakan agama Allah yang disampaikannya.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan kesalahan Nabi Yūnus dimana kemarahannya itu menimbulkan kesan bahwa seolah-olah dia mengira bahwa sebagai Nabi dan Rasul Allah tidak akan pernah dibiarkan menghadapi kesulitan, sehingga jalan yang dilaluinya akan selalu indah tanpa halangan.
Akan tetapi dalam kenyatan tidak demikian. Pada umumnya para rasul dan nabi banyak menemui rintangan, bahkan siksaan dan ejekan terhadap dirinya dari orang-orang yang ingkar. Hanya saja dalam keadaan yang sangat gawat, baik dimohon atau tidak oleh yang bersangkutan, Allah mendatangkan pertolongan-Nya, sehingga Rasul-Nya selamat dan umatnya yang ingkar itu mengalami kebinasaan.
Menurut riwayat yang dinukil dari Ibnu Kaṡīr, bahwa ketika Nabi Yunus dalam keadaan marah, ia lalu menjauhkan diri dari kaumnya pergi ke tepi pantai. Di sana ia menjumpai sebuah perahu, lalu ia ikut serta naik ke perahu itu dengan wajah yang muram. Di kala perahu itu hendak berlayar, datanglah gelombang besar yang menyebabkan perahu itu terancam tenggelam apabila muatannya tidak segera dikurangi. Maka nahkoda perahu itu berkata, “Tenggelamnya seseorang lebih baik daripada tenggelamnya kita semua.” Lalu diadakan undian untuk menentukan siapakah di antara mereka yang harus dikeluarkan dari perahu itu. Setelah diundi, ternyata bahwa Nabi Yunuslah yang harus dikeluarkan. Akan tetapi, penumpang kapal itu merasa keberatan mengeluarkannya dari pertahu itu. Maka undian dilakukan sekali lagi, tetapi hasilnya tetap demikian. Bahkan undian yang ketiga kalinya pun demikian pula. Akhirnya Yunus melepaskan pakaiannya, lalu ia terjun ke laut atas kemauannya sendiri. Allah mengirim seekor ikan besar yang berenang dengan cepat lalu menelan Yunus.
Dalam ayat ini selanjutnya Allah menerangkan bahwa setelah Nabi Yunus berada dalam tiga tingkat “kegelapan berbeda”, maka ia berdoa kepada Allah, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Yang dimaksud dengan tiga kegelapan berbeda di sini ialah bahwa Nabi Yunus sedang berada di dalam perut ikan yang gelap, dalam laut yang dalam dan gelap, dan di malam hari yang gelap gulita pula.
Pengakuan Nabi Yunus bahwa dia “termasuk golongan orang-orang yang zalim”, berarti dia sadar atas kesalahannya yang telah dilakukannya sebagai Nabi dan Rasul, yaitu tidak sabar dan tidak berlapang dada menghadapi kaumnya, seharusnya ia bersabar sampai menunggu datangnya ketentuan Allah atas kaumnya yang ingkar itu.
Karena kesadaran itu maka ia mohon ampun kepada Allah, dan mohon pertolongan-Nya untuk menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu.
QS. Al-Anbiya (21:88)
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ
88. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Tafsir Jalalain
(Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan) disebabkan kalimat-kalimat tersebut. (Dan demikianlah) sebagaimana Kami menyelamatkan dia (Kami selamatkan orang-orang yang beriman) daripada malapetaka yang menimpa mereka, jika mereka meminta tolong kepada Kami seraya berdoa.
Tafsir Tahlili Kemenag
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ ٩٨
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yūnus10: 98)
Sesuai dengan kisah Yunus ini Nabi mengajarkan umatnya yang sedang mengalami kesulitan untuk berdoa seperti doa Nabi Yunus. Mus’ab bin Umair meriwayatkan dari Rasulullah bersabda:
مَنْ دَعَا بِدُعَاءِ يُوْنُسَ اُسْتُجِيْبَ لَهُ . (رواه الترمذي)
Siapa yang berdoa dengan doa Nabi Yunus, maka akan dikabulkan. (Riwayat at-Tirmiżi)
QS. Al-Anbiya (21:89)
وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ ۚ
89. Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah (Zakaria) kemudian dijelaskan oleh Badalnya pada ayat selanjutnya (tatkala ia menyeru Rabbnya) melalui doanya yang mengatakan, ("Ya Rabbku! Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri) tanpa anak yang kelak akan mewarisiku (dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik") yang tetap abadi sesudah semua makhluk-Mu musnah.
Tafsir Tahlili Kemenag
Pada ayat ini Allah mengarahkan perhatian Nabi Muhammad saw dan umatnya kepada kisah Nabi
QS. Al-Anbiya (21:90)
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
90. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
Tafsir Jalalain
(Maka Kami memperkenankan doanya) yakni seruannya itu (dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya) sebagai anaknya (dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung) sehingga dapat melahirkan anak, padahal sebelumnya ia mandul. (Sesungguhnya mereka) para Nabi yang telah disebutkan tadi (adalah orang-orang yang selalu bersegera) mereka selalu bergegas-gegas (di dalam kebaikan-kebaikan) mengerjakan amal-amal ketaatan (dan mereka berdoa kepada Kami dengan mengharapkan) rahmat Kami (dan takut) kepada azab Kami. (Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami) yakni merendahkan diri dan patuh di dalam beribadah.
Tafsir Tahlili Kemenag
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah memperkenankan doa Nabi
QS. Al-Anbiya (21:91)
وَالَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهَا مِنْ رُّوْحِنَا وَجَعَلْنٰهَا وَابْنَهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
91. Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah kisah Maryam (yang telah memelihara kehormatannya) ia memeliharanya supaya tidak dinodai (lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh dari Kami) malaikat Jibril; dialah yang meniup ke dalam baju kurungnya, lalu Maryam mengandung Isa (dan Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda yang besar bagi semesta alam) yakni manusia, jin dan malaikat, karena ia dapat mengandung tanpa lelaki.
Tafsir Tahlili Kemenag
لَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا
Tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” (Maryam19: 20)
Firman Allah dalam ayat lain;
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرٰنَ الَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا
Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya. (at-Taḥrīm66: 12)
Keheranan Maryam yang disampaikan kepada Malaikat Jibril dijawab degan firman Allah:
قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ
Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku. (Maryam19: 21)
Tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada diri Maryam ialah bahwa dia hamil tanpa melalui hubungan kelamin dengan siapa pun, dan malaikat senantiasa menyediakan makanan untuknya.
Mengenai hal ini Al-Qur’an menceritakan pertanyaan
Topik "Rahmat Allah Kepada Beberapa Para Nabi" menunjukkan bagian penting dari tema "Allah", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.