BPKH Berinovasi dengan Bumbu Nusantara, Jaga Cita Rasa di Dapur Haji
BPKH Berinovasi dengan Bumbu Nusantara, Jaga Cita Rasa di Dapur Haji
Dalam suasana ibadah haji yang penuh khusyuk, kenyamanan jamaah haji Indonesia menjadi prioritas utama. Salah satu bentuk perhatian tersebut hadir dalam bentuk yang mungkin tak banyak disadari: penyajian makanan bercita rasa khas Indonesia.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menghadirkan terobosan baru berupa bumbu nusantara dalam bentuk pasta. Inovasi ini bertujuan menjaga keaslian rasa masakan Indonesia bagi para jamaah, meskipun mereka berada jauh dari tanah air, yakni di Tanah Suci Makkah dan Madinah.
Menurut Chef Agus Guntur, Ketua Asosiasi Chef Indonesia di Arab Saudi, penggunaan bumbu pasta ini memainkan peran penting dalam layanan katering selama musim haji. Salah satu alasannya agar semua makanan yang disajikan memiliki rasa seragam yang sesuai dengan lidah jamaah Indonesia.
“Sebelum penggunaan bumbu pasta, cita rasa antar dapur kerap berbeda-beda karena masing-masing koki meracik bumbu dengan cara sendiri,” ujar Chef Agus. Hal ini membuat pengalaman makan jamaah menjadi tidak konsisten. Ada rendang yang terlalu asin, ada pula yang terlalu manis. Namun, kini semua dapur bisa menyajikan makanan dengan rasa yang konsisten dan autentik, berkat formula bumbu yang sudah diracik dan distandarisasi.
Efisiensi Operasional Dapur
Selain menjaga cita rasa, kehadiran bumbu dalam bentuk pasta juga memberikan dampak signifikan dalam hal efisiensi operasional dapur. Proses memasak menjadi jauh lebih cepat dan praktis. Para koki tidak perlu lagi mengupas bawang, menumbuk rempah, atau membuat bumbu dari nol.
"Dengan bumbu pasta ini, keterlambatan makanan bisa diminimalkan. Semua dimasak secara instan, cepat, dan efisien," jelas Chef Agus.
Hal ini berdampak langsung pada ketepatan waktu penyajian makanan bagi ribuan jamaah. Keterlambatan yang sebelumnya sering terjadi karena proses persiapan bahan, kini dapat dihindari.
Efisiensi Tenaga dan Biaya Operasional
Tak hanya waktu, penggunaan bumbu siap pakai ini juga mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
Beberapa tahapan dalam proses memasak bisa dipangkas, sehingga jumlah staf dapur yang diperlukan pun lebih sedikit. Ini menjadi poin penting dalam mengelola operasional katering dalam skala besar seperti musim haji.
Lebih lanjut, efisiensi ini turut membantu dalam penghematan biaya operasional. Meskipun sebagian pihak menyebut harga bumbu pasta terbilang lebih mahal, namun jika dilihat dari sisi jangka panjang, manfaat yang diberikan justru lebih besar.
Biaya tambahan tersebut terkompensasi dengan pengurangan tenaga kerja, efisiensi waktu, dan peningkatan kualitas layanan. Langkah BPKH dalam menyediakan bumbu pasta Nusantara bukan hanya soal rasa, melainkan bagian dari upaya menyempurnakan layanan kepada para tamu Allah.
Dengan pendekatan lebih modern dan efisien, diharapkan jamaah haji Indonesia dapat merasakan kenyamanan layaknya di rumah sendiri.
Chef Agus juga menambahkan bahwa ke depan, kualitas dan distribusi bumbu ini perlu terus ditingkatkan agar tidak terjadi kekurangan stok di dapur. Ia berharap inovasi ini bisa menjadi standar layanan katering haji di masa-masa mendatang.
Inovasi penggunaan bumbu pasta nusantara oleh BPKH menjadi solusi cerdas dalam menghadirkan makanan khas Indonesia di Tanah Suci. Selain menjaga rasa yang disukai jamaah, hal ini juga mendukung efisiensi dalam hal tenaga, waktu, dan biaya operasional.