5 Perkara yang Mencurigakan Hilangnya Pahala Amal

5 Perkara yang Mencurigakan Hilangnya Pahala Amal

Berbagai amal ibadah dan kebaikan merupakan kewajiban bagi umat Muslim. Keutamaan setiap amal tersebut sejatinya patut ditingkatkan dengan senantiasa menjauhi hal-hal yang bisa menghapus pahala yang telah diperoleh.

Tentu saja, amal yang dilakukan tidak akan serta merta nihil berarti, namun ada beberapa perkara yang perlu diwaspadai, mengingat amalan yang dilakukan dapat berkali-kali lipat dengan kesabaran, ikhlas, dan niat yang tulus. Kelima perkara ini bisa menjadi sabotase pahala yang telah kita usahakan.

1. Ujub

Ujub adalah sifat sombong dan merasa unggul terhadap amal yang telah dilakukan. Menurut Minhaj al-'Abidin ila Jannah karya Imam Al Ghazali, ujub terjadi ketika seseorang merasa lebih besar, lebih mulia, dan lebih berhak masuk surga dibandingkan orang lain.

Bahkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana dijelaskan dalam kitab Wonderful Honour karya Brilly El Rasheed:

"Bersumpahlah kepadaku kepada Allah bahwa Allah tidak akan mengampuni si fulan." Allah SWT berfirman: "Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan. Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu."

(HR. Muslim)

Imam Al Munawi dalam Syarah Imam Al Haramain yang dikutip Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa ujub dapat menghapus amal shalih 70 tahun. Hal ini tidak berarti 70 tahun secara pasti, melainkan sebuah perumpamaan untuk waktu yang panjang dan lama, sebagaimana tertulis dalam kitab Faidh Al Qadir.

2. Syirik

Syirik merupakan perbuatan menyerupakan Allah atau memuliakan sesuatu selain Allah. Orang yang berbuat syirik berarti mendasarkan sesuatu yang tidak berhak kepada yang berhak, yaitu Allah SWT. Akibatnya, amalan kerjanya akan berakhir sia-sia. Allah SWT berfirman dalam surah Al An'am ayat 88:

"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."

3. Zalim

Zalim berarti melakukan aniaya atau tindakan yang merugikan orang lain. Hukuman bagi orang zalim adalah hilangnya pahala amal kebaikannya. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku zalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim)

4. Mengungkit-ungkit Sedekah yang Sudah Diberikan

Sedekah merupakan amal kecil dengan ganjaran yang besar. Keberhasilan sedekah terletak pada pemberiannya secara diam-diam, tanpa mengharapkan balasan. Mengungkit-ungkit sedekah, bahkan menyakiti hati penerima, akan menghilangkan ganjaran sedekah tersebut. Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 264:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."

5. Bermaksiat saat Sendirian

Bermaksiat, di saat dirasa sendirian, merupakan sebuah tindakan yang berbahaya, dapat mengikis keimanan dan akhlak pribadi. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Niscaya aku mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa banyak kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih, tetapi kemudian Allah menjadikannya (hancur lebur) seperti debu berterbangan." Tsauban bertanya, "Ya Rasulullah, jelaskanlah sifat-sifat mereka kepada kami agar kami tidak menyadarinya." Beliau menjawab, "Mereka masih termasuk saudara kalian sendiri. Mereka melakukan ibadah malam sebagaimana yang kalian lakukan. Akan tetapi, jika sedang sendirian mereka berani melanggar larangan-larangan Allah." (HR. Ibnu Majah)

Kelima perkara tersebut merupakan hal yang perlu diwaspadai dan dijauhi agar amalan yang kita kerjakan tidak sampai tergantikan dengan perbuatan yang sia-sia. Membangun keimanan yang teguh dan kuat harus dimulai dari diri sendiri, dengan usaha yang komprehensif dan rendah hati.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak