Kisah Teladan Uwais Al-Qarni yang Berbakti pada Ibunya
Di balik sejarah Islam yang gemilang, terukir kisah-kisah teladan yang menginspirasi hingga kini. Salah satunya adalah kisah Uwais Al-Qarni, seorang pemuda mulia yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Meski hidup dalam keterbatasan, Uwais menempatkan taat kepada Allah SWT dan bakti kepada ibunya sebagai prioritas utama.
Uwais Al-Qarni berasal dari suku Murad di Yaman. Ia dikenal sebagai sosok miskin dan sederhana, nyaris tak dipedulikan oleh masyarakat. Akan tetapi, keagungan hati Uwais Al-Qarni terpancar dalam kesetiaannya yang tak pernah pudar kepada sang ibu, terutama ketika beliau sudah renta, lumpuh, dan buta.
Suatu hari, Uwais pulang terlambat. Sang ibu menanyakan, "Mengapa kau terlambat pulang, Nak?" Uwais menjawab, “Aku sedang beribadah kepada Allah agar bisa merasakan kenikmatan taman surga. Namun kemudian datang seseorang yang memberitahuku bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.”
Dari kejadian itu, Uwais menyadari sepenuhnya bahwa hak ibunya adalah tanggung jawabnya. Ia pun merawat sang ibu dengan penuh kasih sayang.
Suatu ketika, sang ibu mengungkapkan keinginannya yang sangat ingin ia penuhi - untuk menunaikan ibadah haji. Namun demikian, perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangat jauh dan Uwais tidak memiliki biaya. Uwais pun terdiam termenung.
Tak patah semangat, Uwais terus memikirkan cara untuk mewujudkan keinginan ibunya. Ia pun berbuat sesuatu yang dianggap aneh oleh masyarakat. Uwais membeli seekor anak sapi dan membangun kandangnya di atas bukit. Setiap hari, ia menggendong anak sapi itu naik turun bukit. Aktivitas ini membuatnya kuat dan di saat bersamaan masyarakat pun memuji ketekunannya, bahkan menganggapnya sebagai seorang pendiam yang memiliki tujuan ibadah yang tinggi.
Bayangan-bayangan masyarakat dan desas-desus yang beredar di antara mereka itu akhirnya menjadi nyata. Uwais menggendong ibunya menunaikan ibadah haji. Ia menempuh perjalanan panjang dan berat demi mewujudkan impian sang ibu.
Sesampainya di Mekkah, Uwais berdiri tegap sambil menggendong ibunya saat wukuf di Arafah. Sang ibu terharu melihat Baitullah di hadapannya. Di depan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa bersama.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” ucap Uwais.
"Bagaimana dengan dosamu sendiri?" tanya ibunya, terheran-heran.
Uwais menjawab, "Cukuplah jika dosa ibu diampuni. Dengan ridha ibu, aku berharap Allah memasukkanku ke surga."
Keikhlasan Uwais terwujud dalam ikatan cinta dan ketakwaan. Allah SWT mengabulkan doanya, penyakit sopak yang diderita Uwais pun sembuh, hanyalah tersisa satu bulatan putih di tengkuknya. Bulatan itu menjadi tanda yang membimbing Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Nabi, untuk mengenali Uwais Al-Qarni.
Kisah Uwais Al-Qarni menggambarkan betapa pentingnya bakti kepada ibu dan keikhlasan dalam beribadah. Kesederhanaan dan keteguhan hati Uwais menjadi teladan bagi kita semua untuk senantiasa berbuat baik dan mengutamakan nilai-nilai agama dalam hidup.