Hari Tasyrik: Kebahagiaan dan Kebiasaan di Setelah Idul Adha
Hari Tasyrik: Kebahagiaan dan Kebiasaan di Setelah Idul Adha
Hari Tasyrik, tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yakni pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah dalam kalender Hijriah, merupakan bagian tak terpisahkan dari rangkaian ibadah haji dan perayaan Idul Adha. Kali ini, kita akan menelusuri makna dan keistimewaan Hari Tasyrik, serta membahas hukum berpuasa di hari-hari tersebut. Dalam buku *Rahasia Dahsyat Energi Sapu Jagat* karya M. Ghofur Khalil, Hari Tasyrik disebut sebagai hari raya Islam yang penuh kegembiraan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan syukur kepada Allah SWT, sementara jemaah haji di Mina menjalankan salah satu amalan utama dalam haji, yaitu melempar jumrah.Suasana Hari Tasyrik diwarnai dengan tradisi menjemur dan mengawetkan daging kurban, mencerminkan semangat berbagi dan kebahagiaan yang menjadi esensi perayaan Idul Adha. Kehangatan dan sukacita ini menjadi ciri khas bagi hari-hari yang dikenal juga sebagai *Ayuun al-Tasyrik*.
Adakah Boleh Berpuasa di Hari Tasyrik?
Tiap tahun, pertanyaan "apakah boleh puasa di hari-hari Tasyrik?" menjadi muncul di kalangan umat Muslim. Sangat penting untuk memahami hukum dan dalil terkait hal ini. Jawabannya adalah tidak boleh berpuasa pada hari-hari Tasyrik. Kisas tentang larangan berpuasa di Hari Tasyrik terungkap dalam sejumlah riwayat hadis Nabi SAW.Dalam buku *Kupas Tuntas Puasa* karya AK. Mustafit disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan seseorang untuk menyerukan di Mina agar umat Islam tidak menjalankan puasa pada hari-hari Tasyrik. Riwayat lain dari Thabrani menyatakan, "Hari-hari Mina adalah hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir kepada Allah SWT."
Riwayat lain yang menegaskan larangan berpuasa di Hari Tasyrik adalah hadis dari Bukhari: “Mereka (para Jabir) berkata kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, kami tidak berpuasa (di hari Tasyrik). Rasulullah SAW berkata: “Banyak (alam) pada hari-hari Tasyrik tidak ada kemurahan untuk berpuasa kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan sembelihan.”Masih berdasarkan hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR An-Nasa'i).
Tujuan utama larangan berpuasa selama Hari Tasyrik adalah agar kaum muslimin dapat menikmati hidangan dari daging kurban. ### Sejarah Hari Tasyrik: Asal Kata dan Makna Istilah "hari tasyrik" diperkirakan berasal dari kata *yusyrikun*, yang berarti menjemur, merujuk pada tradisi mengeringkan daging kurban. Nama lain yang diberikan pada hari-hari ini adalah *ayyamun ma'dudat* yang merujuk pada hari-hari di Mina ketika para jemaah haji menetap di sana. Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Berdasarkan penjelasan Imam Nawawi, hari-hari tersebut dinamakan tasyrik karena kegiatan menjemur daging kurban di bawah sinar matahari. Imam Bukhari mewariskan riwayat dari Ibnu Abbas, yang menyatakan bahwa *ayyamun ma'dudat* merujuk pada hari-hari di Mina, ketika para jemaah haji menetap di sana. Ketiga hari tersebut termasuk dalam hari raya Islam dan identik dengan kebahagiaan, sehingga umat Islam dilarang berpuasa pada hari-hari itu. ### Keistimewaan Hari Tasyrik According to the book *Tanya & Jawab Bersama Nabi: Kitab Islam* compiled by Lingkar Kalam team, one of the noble virtues of Hari Tasyrik is its exalted position before Allah SWT, second only to the day of kurban. This is conveyed in a hadith which states: "Indeed, the most noble days in the sight of Allah SWT are the day of sacrifice (Idul Adha), then the day after it al-qarr." (HR Abu Dawud). Wallahu a'lam.