Keadaan Orang Durhaka Di Hari Kiamat - Durhaka Dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, tema Durhaka salah satunya dijelaskan melalui topik Keadaan Orang Durhaka Di Hari Kiamat, yang tercermin dari ayat-ayat berikut ini lengkap dengan terjemah dan tafsir Jalalain serta Tahlili Kemenag.
QS. Al-Mutaffifin (83:7)
كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍۗ
7. Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.
Tafsir Jalalain
(sekali-kali tidak) maksudnya, benarlah (karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka) yakni kitab catatan amal perbuatan orang-orang kafir (tersimpan dalam sijjiin) menurut suatu pendapat; sijjiin itu adalah nama sebuah kitab yang mencatat semua amal perbuatan setan dan orang kafir. Menurut suatu pendapat lagi sijjiin itu adalah nama tempat yang berada di lapisan bumi yang ketujuh; tempat itu merupakan pangkalan iblis dan bala tentaranya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Ayat-ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang tidak percaya terhadap hari kebangkitan bahwa perbuatan mereka harus dipertanggungjawabkan. Mereka tidak bisa menghindari hukuman Allah karena masing-masing manusia diawasi oleh malaikat yang mencatat semua perbuatannya .
QS. Al-Mutaffifin (83:8)
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌۗ
8. Tahukah kamu apakah sijjin itu?
Tafsir Jalalain
(Tahukah kamu apakah sijjiin itu?) maksudnya apakah kitab sijjiin itu?
Tafsir Tahlili Kemenag
Buku catatan orang-orang yang durhaka kepada Allah akan disimpan di Sijjīn, yaitu kitab yang tertulis. Di dalamnya tercatat kejahatan dan kecurangan manusia. Catatan-catatan inilah yang akan dijadikan takaran untuk menghisab mereka.
QS. Al-Mutaffifin (83:9)
كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۗ
9. (Ialah) kitab yang bertulis.
Tafsir Jalalain
(Ialah kitab yang bertulis) yakni yang mempunyai catatan.
Tafsir Tahlili Kemenag
Buku catatan orang-orang yang durhaka kepada Allah akan disimpan di Sijjīn, yaitu kitab yang tertulis. Di dalamnya tercatat kejahatan dan kecurangan manusia. Catatan-catatan inilah yang akan dijadikan takaran untuk menghisab mereka.
QS. Al-Mutaffifin (83:10)
وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَۙ
10. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
Tafsir Jalalain
(Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.)
Tafsir Tahlili Kemenag
Dua ayat ini kembali mengancam orang-orang yang mendustakan hari pembalasan dengan azab yang sangat pedih, yaitu neraka. Ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan memang sangat pedih, karena mengingkari hari kiamat berarti mengingkari keadilan Allah, dan hukum-hukum syariat agama yang berlaku di dunia dan berakibat di akhirat.
QS. Al-Mutaffifin (83:11)
الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِۗ
11. (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
Tafsir Jalalain
(Yaitu-orang-orang yang mendustakan hari pembalasan) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal atau Bayan dari lafal Al-Mukadzdzibiin pada ayat sebelumnya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Tafsir tidak tersedia setelah pembersihan.
QS. Al-Mutaffifin (83:12)
وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖٓ اِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍۙ
12. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
Tafsir Jalalain
(Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas) atau melanggar batas (lagi berdosa) maksudnya banyak dosanya; lafal Atsiim adalah bentuk Mubalaghah dari lafal Aatsim.
Tafsir Tahlili Kemenag
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (al-Baqarah2: 6)
Sifat lain dari manusia yang mengingkari hari Kiamat adalah tenggelam dalam perbuatan dosa-dosa besar, acuh tak acuh terhadap perintah dan larangan Allah, lebih mementingkan kesenangan duniawi daripada kehidupan akhirat. Firman Allah:
فَاَمَّا مَنْ طَغٰىۖ ٣٧ وَاٰثَرَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۙ ٣٨ فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ ٣٩
Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-Nāzi‘āt79: 37-39)
QS. Al-Mutaffifin (83:13)
اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَۗ
13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu"
Tafsir Jalalain
(Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) yakni Alquran (ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu") atau cerita-cerita yang dibuat di masa silam. Lafal Asaathiir bentuk jamak dari lafal Usthuurah atau Isthaarah.
Tafsir Tahlili Kemenag
Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (al-Furqān25: 4-6)
QS. Al-Mutaffifin (83:14)
كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
14. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
Tafsir Jalalain
(Sekali-kali tidak demikian) lafal ini mengandung makna hardikan dan cegahan terhadap perkataan mereka yang demikian itu (sebenarnya telah menodai) telah menutupi (atas hati mereka) sehingga hati mereka tertutup oleh noda itu (apa yang selalu mereka usahakan itu) yakni kedurhakaan-kedurhakaan yang selalu mereka kerjakan, sehingga mirip dengan karat yang menutupi hati mereka.
Tafsir Tahlili Kemenag
Dalam ayat ini, Allah membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu dongengan orang dahulu. Sama sekali bukan demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Kebiasaan mereka berbuat dosa telah menyebabkan hati mereka jadi keras, gelap, dan tertutup laksana logam yang berkarat. Oleh karena itu, mereka tidak dapat membedakan antara dusta yang berat dengan kebenaran yang terang benderang. Hati yang demikian hanya bisa dibersihkan dengan tobat yang sempurna.
QS. Al-Mutaffifin (83:15)
كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ
15. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.
Tafsir Jalalain
(Sekali-kali tidak) artinya benarlah (sesungguhnya mereka pada hari itu terhadap Rabb mereka) pada hari kiamat (benar-benar tertutup) sehingga mereka tidak dapat melihat-Nya.
Tafsir Tahlili Kemenag
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, memandang Tuhannya. (al-Qiyāmah75: 22-23)
QS. Al-Mutaffifin (83:16)
ثُمَّ اِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِۗ
16. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
Tafsir Jalalain
(Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk Jahim) yakni mereka memasuki neraka yang membakar.
Tafsir Tahlili Kemenag
Setelah dijauhkan dari rahmat Allah dan tidak dapat mencapai cita-cita yang diangan-angankannya pada hari pembalasan, orang-orang kafir itu benar-benar masuk neraka Jahim yang sangat panas.
QS. Al-Mutaffifin (83:17)
ثُمَّ يُقَالُ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَۗ
17. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): "Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan".
Tafsir Jalalain
(Kemudian dikatakan) kepada mereka ("Inilah) maksudnya azab ini (yang dahulu selalu kalian dustakan.")
Tafsir Tahlili Kemenag
Kemudian dikatakan kepada mereka ucapan yang mengandung cercaan sehingga penderitaan mereka itu berlipat ganda. Di samping penderitaan fisik, mereka juga menderita secara psikis (kejiwaan). Inilah azab yang selalu mereka dustakan ketika di dunia. Inilah balasan terhadap sikap mereka mendustakan berita-berita rasul yang benar, seperti anggapan mereka bahwa manusia tidak akan dibangkitkan kembali, Al-Qur’an itu dongengan orang-orang dahulu, Muhammad saw itu hanya seorang tukang sihir atau pendusta, dan berbagai macam tuduhan lainnya.
Topik "Keadaan Orang Durhaka Di Hari Kiamat" menunjukkan bagian penting dari tema "Durhaka", yang mengajarkan nilai-nilai iman, ketaatan, dan pemahaman terhadap wahyu Ilahi.