Wisata religi dan kearifan budaya di New York
Menikmati momen pernikahan putriku yang lulusan Columbia University, membuat penulis terpanggil mengunjungi Masjid Al Hikmah di New York. Masjid ini, yang merupakan masjid Indonesia pertama di luar negeri, akan merayakan ulang tahun 30 tahunnya pada 17 Agustus 2025. Peresmian Masjid Al Hikmah menandai langkah awal bagi komunitas diaspora Indonesia yang turut membangun rumah ibadah di Amerika Serikat, dan kini setidaknya sudah ada lima masjid Indonesia di sana, ditambah lagi banyak di negara lain. Keberadaan masjid-masjid ini menunjukkan kekuatan persatuan dan semangat Islam yang terus bersemi di seluruh dunia.
Keberagaman budaya dan sejarah New York sangat terasa ketika mengunjungi taman Dr Gertrude B Kelly yang terletak tidak jauh dari Ninth Avenue. Taman ini berlokasi di tanah yang dulu menjadi sekolah sejak tahun 1853, kemudian beralih fungsi menjadi area bermain hingga saat ini. Menariknya, papan tanda di pintu taman bertuliskan "Dewasa dilarang masuk, kecuali kalau menemani anak-anak" yang sedikit berbeda dengan aturan umum "Anak-anak dilarang masuk tanpa pendamping dewasa".
Menelusuri jalan-jalan New York, penulis juga berkesempatan mengunjungi pusat Google di 8th Avenue dan studio Netflix di Brooklyn. Pusat Google dengan arsitektur futuristiknya mempresentasikan kemajuan teknologi, sementara studio Netflix menggambarkan proses kreatif para pembuat film. Perjalanan ini menambah wawasan tentang dinamika budaya dan industri hiburan global.
Di sisi lain, penulis juga sempat terharut dengan realita sosial di New York. Dalam gerbong subway yang menjadi moda transportasi umum masyarakat, penulis menemukan banyak informasi tentang program bantuan makanan. Tercatat sekitar 1,3 juta penduduk New York tidak memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan makan. Komitmen untuk meringankan beban masyarakat ditunjukkan melalui program bantuan makanan yang dijalankan oleh organisasi foodbanknyc.org yang telah membagikan lebih dari 1,8 miliar paket makanan kepada mereka yang membutuhkan sejak tahun 1983. Menariknya, organisasi ini bahkan memberikan perhatian khusus pada kaum muslim yang berpuasa dengan menyediakan bantuan makanan halal.
Selanjutnya, penulis menyaksikan pameran 100 tahun majalah The New Yorker di lantai atas New York Public Library. Pameran tersebut mengungkap perjalanan majalah tersebut dari masa awal hingga perkembangannya di era digital. Pentingnya peran media, seperti yang dikatakan oleh Joseph Pulitzer, tergambar jelas di pameran ini. Semoga di Indonesia, media massa turut berkontribusi dalam memberikan informasi yang berimbang dan mencerahkan.
Dari kacamata kesehatan, penulis mengamati dua hal unik di New York. Pertama, keberadaan klinik yang menyediakan Cannabis, yang telah legal di sana, menunjukan bagaimana kemajuan dan perubahan peraturan terkait penggunaan obat-obatan. Kedua, kotak besar untuk membuang obat bekas di toko farmasi merupakan langkah inovatif untuk menjaga kebersihan lingkungan dan keamanan masyarakat dari limbah obat berbahaya. Pikirkanlah juga, bisa diperkenalkan di Indonesia untuk mengurangi permasalahan limbah obat.
Melalui perjalanan ini, penulis menemukan banyak inspirasi dan pembelajaran berharga tentang dinamika sosial, budaya, dan kemajuan teknologi di New York. Setiap sudut kota menyimpan cerita dan pelajaran tentang bagaimana masyarakat hidup berdampingan.