Dari Miliader Tajir Hingga Meninggalkan Semua Kekayaannya untuk Orang Miskin
Ali Banat, pengusaha muda sukses asal Sydney, Australia ini, tak hanya dikenang sebagai sosok miliarder tajir, namun juga sebagai inspirasi bagi banyak orang dalam meniti jalan kebaikan. Tak ada yang tersisa dari perjalanan hidupnya dengan semua harta dan koleksinya, selain amal sedekahnya yang kini terus mengalir untuk membantu orang-orang miskin di Afrika.
Ali Banat hidup mewah. Koleksi mobil sport seharga miliaran rupiah, baju, jam tangan, sepatu, dan barang-barang branded lainnya tampak biasa baginya. Menjadi pengusaha sukses, ia menikmati fasilitas dan kemewahan dunia.
Namun, arah hidupnya berubah ketika dokter menyatakan bahwa ia hanya punya tujuh bulan untuk hidup setelah didiagnosis menderita kanker. Vonis tersebut membuatnya menyadari besarnya karunia Allah SWT yang selama ini telah ia nikmati.
Mengubah Arah Hidup
"Saya diberi karunia oleh Allah, Alhamdulillah, dengan kanker yang ada di seluruh tubuh saya," ujar Ali Banat dalam sebuah wawancara Living Muslim seperti dikutip Australia Plus ABC, November 2015.
"Sebuah karunia karena Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk berubah," tambahnya.
Perubahan signifikan terjadi dalam kehidupan Ali Banat. Ia memutuskan untuk melepaskan semua harta benda yang selama ini ia miliki, termasuk koleksi mewahnya. Ia tak ingin meninggalkan satu pun harta bagi dirinya setelah meninggal dunia.
"Begitu tahu saya terkena kanker, saya melepas koleksi mobil, jam tangan, bahkan pakaian. Saya bawa semua pakaian saya dan saya serahkan ke orang-orang yang memerlukan ketika saya bepergian ke luar negeri," kata Ali Banat dalam sebuah wawancara yang dikutip dari BBC.
"Saya ingin meninggalkan dunia tanpa satu pun harta benda," tegasnya.
Harta dunia kini tak lagi memiliki arti bagi Ali Banat. Ia justru lebih fokus pada bagaimana ia bisa bermanfaat bagi orang lain di sisa waktu hidupnya. Ia bahkan mengaku ingin segera bertemu dengan Sang Pencipta.
Membangun Warisan Amal
Pada waktu-waktu terakhirnya, Ali Banat pergi ke Afrika. Di sana, ia mendirikan yayasan sosial untuk membangun masjid, madrasah, dan membantu para janda serta anak yatim piatu.
"Bagi saya lebih utama membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah seharga miliaran," katanya.
Yayasan sosialnya berhasil menggalang dana melebihi target yang telah ditetapkan. Dana tersebut digunakan untuk membangun fasilitas pendidikan dan membantu para orang miskin di benua Afrika.
Ali Banat menghembuskan napas terakhir pada 29 Mei 2018. Ia meninggal dunia sebagai seorang tokoh inspirasi, meninggalkan seluruh hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Kisahnya menjadi pengingat bahwa sejati pahala seseorang terletak pada amal kebaikan yang ia berikan kepada orang lain.