Pulau Natal: Tokoh Islam di Tengah Kesatuan Australia
Pulau Natal, sebuah pulau kecil di Samudra Hindia yang berjarak selatan Jawa, Indonesia, menyimpan kisah menarik. Meskipun berdekatan dengan Indonesia, pulau ini merupakan bagian dari Australia. Meskipun terkesan asing, Pulau Natal memiliki ekosistem yang unik, memikat dengan beragam budaya dan sejarah.
Berdasarkan catatan Gilad James dalam bukunya, "Pengantar Pulau Natal", perkiraan tahun 2020 mencatat 1.800 jiwa mendidiami pulau seluas 135 kilometer persegi yang terbentuk dari aktivitas vulkanik ini. Keberagaman etnis di Pulau Natal terlihat jelas, dengan suku Tiongkok dan Melayu menjadi sebagian besar penduduknya.
Dari sudut geologi, Pulau Natal didominasi oleh bebatuan kapur yang merupakan akumulasi sisa-sisa organisme laut seperti karang dan kerang selama jutaan tahun.

Berbicara tentang sejarah Pulau Natal, penamaan "Pulau Natal" bermula pada tahun 1643 ketika Kapten William Mynors dari Royal Mary, yaitu salah satu kapal Kongsi Dagang Inggris EIC, melintas pada Hari Natal. Momen tersebut kemudian mengakibatkan pulau ini dinamai Pulau Natal dan tercatat dalam peta navigasi Inggris dan Belanda pada awal abad ke-17.
Memahami Keislaman di Pulau Natal
Meskipun dinamai Pulau Natal, agama mayoritas di Pulau Natal tidak Kristen melainkan Islam. Hal ini didasari oleh proses imigrasi yang telah mengubah demografi pulau itu.
"Pulau natal memiliki banyak imigran yang bekerja di pulau tersebut dan berjuang untuk mendapatkan kewarganegaraan dari pemerintah Australia. Di antara para imigran itu, terdapat Muslim yang akhirnya membawa pengaruh ajaran Islam," jelas seorang pakar migrasi.
Data dari laman Index Mundi pada tahun 2021, menunjukkan bahwa Muslim di Pulau Natal mencapai 19,4 persen dari total penduduknya yang berjumlah 1.402 jiwa. Mayoritas imigran Muslim berketurunan Melayu, meski etnis tersebut bukan kelompok mayoritas di Pulau Natal.
Keberadaan jumlah Muslim yang signifikan membuat Islam menjadi agama mayoritas kedua di Pulau Natal. Seperti pada Indonesia dan Malaysia, di Pulau Natal juga banyak perayaan hari besar Islam yang dilakukan, mulai dari Idul Fitri dan Idul Adha, bahkan masuk ke dalam agenda hari libur.
Kisah Pulau Natal menjadi contoh bagaimana migrasi dan dinamika budaya dapat membentuk lanskap agama di suatu daerah. Keberagaman ini menjadi kekayaan bagi Pulau Natal dan mencerminkan keragaman yang semakin terlihat di dunia saat ini.