Wasilah Umar bin Khattab: Sebuah Teladan Keteguhan Iman dan Pemimpin Teladan

Wasilah Umar bin Khattab: Sebuah Teladan Keteguhan Iman dan Pemimpin Teladan

Umar bin Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dikenal dengan julukan "assadullah", singa padang pasir. Julukan ini didapatkannya sebelum masuk Islam, atas keberanian dan kecepatannya dalam memegang pedang, membuatnya ditakuti penduduk Makkah. Tegurannya dalam menghadapi musuh, serta keteguhannya dalam iman, patut menjadi teladan bagi umat Islam. Di akhir hidupnya, ia tetap tegar dalam akidah.

Umar bin Khattab wafat akibat luka parah dari tusukan Abu Lukluk, seorang budak Persia. Peristiwa ini terjadi saat Umar hendak memimpin shalat Subuh pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah tahun 23 H atau tahun 644 M. Dikaitkan dengan dendamnya terhadap Umar atas kekalahan Persia, salah satu kekuatan besar dunia saat itu.

Wasiat Umar: Memohon Makam di Samping Rasulullah

Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah SAW, menceritakan bagaimana Umar dalam kondisi sakit parah, menitipkan salam dan permintaan agar jasadnya dimakamkan di samping Rasulullah SAW kepada putranya, Abdullah bin Umar. Aisyah yang sebenarnya ingin dimakamkan di samping Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar, rela mengizinkan permintaan Umar demi menghormati sahabat karibnya.

Kabaran izin ini mengundang rasa syukur tak terkira bagi Umar, karena tempat tersebut merupakan tempat peristirahatan akhir yang paling ia idamkan.

Menunjuk Pengganti dan Pesan-Pesan Hidup

Selain wasiat mengenai pemakaman, Umar dan mengabarkan pula mengenai calon penggantinya. Meski kondisi tubuhnya terpuruk karena luka, Umar tetap memikirkan umat Islam dan memilih 6 sahabat Nabi Muhammad SAW sebagai calon pengganti.

Enam sahabat Nabi tersebut setelah bermusyawarah, menetapkan Utsman bin 'Affan sebagai khalifah ketiga.

Sebagai teladan bagi umat Islam, Umar bin Khattab memberikan sejumlah pesan hidup yang sarat makna.

Berikut beberapa di antaranya:

  • Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka caci­lah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  • Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  • Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
  • Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  • Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
  • Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Umar bin Khattab: Sebuah Warisan Inspirasional

Umar bin Khattab, dengan kegigihannya, keberaniannya, dan pengajaran hidupnya, menjadi panutan bagi seluruh umat Islam. Keteguhannya dalam iman, kepekaannya terhadap kaum muslimin, serta wisihnya dalam memimpin, menjadikan Umar bin Khattab sebagai sosok inspiratif sepanjang masa. Sikap ushulnya dalam mementingkan akhirat, hingga wasiatnya yang memberikan teladan hidup yang berharga, terus dikenang dan dikaji oleh umat Islam hingga saat ini.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak