Fase Terbentuknya Mazhab Syafi’i


Mazhab Syafi’i seperti halnya 3 mazhab muktamad lainnya didirikan pada abad ke-2 Hijriah. Mazhab Syafi’i diibaratkan rantai penghubung antar tiga mazhab lainnya. Karena imam Syafi’i sendiri murid daripada Imam Malik (w. 179 H) pendiri mazhab maliki, dan juga berguru pada imam Muhammad bin Hasan (w. 189 H), sahabat imam Abu Hanifah (w. 150 H) pendiri mazhab Hanafi. Sedangkan imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) pendiri mazhab Hanbali merupakan murid daripada Imam Syafi’i . Pada awalnya Imam Ahmad bin Hanbal menekuni ilmu hadist kemudian memutuskan untuk mendalami fikih dan Ushul imam Syafi’i. Terkadang imam Syafi’i mengandalkan Imam Ahmad untuk menentukan Kesahihan hadist. Imam Syafi’i berkata kepada beliau: “ Apabila menurut mu haditsnya sahih, maka beritahulah aku”. 


Kemudian dalam proses terbentuknya, Mazhab Syafi’i telah melalui dua tahap, yang dikenal dengan : Qaul Qadim dan Qaul Jadid.

Qaul Qadim (187 – 199 H)

Karakteristik ijtihad imam Syafi’i mulai nampak setelah beliau kembali dari Baghdad ke Mekkah pada tahun 187 H. Kemudian beliau menetap di Mekkah selama 9 tahun. Selam di Mekkah imam Syafi’i aktif mengajar, berfatwa, dan membagun kaidah-kaidah mazhab beliau tersendiri yang menjadi jalan tengan bagi aliran fuqaha Hijaz (ahli hadits ) dan aliran fuqaha Iraq ( ahli ra’yu). Kebanyakan ijtihad imam Syafi’i ketika itu sesuai dengan mazhab imam Malik.

Imam Syafi’i tercatat 3 kali mengunjungi Bahdad. Pada kunjungan pertama (184-186 H) dan kedua (195-197 H) beliau menetap selama dua tahun. Dan kunjungan ketiga (198 H) hanya berlangsung beberapa bulan sebelum akhirnya beliau pergi Mesir atas undangan gubernur Mesir waktu itu pada tahun 199 H . Ketika sampai imam Syafi’i meninjau ulang semua ijtihad dan pendapat-pendapat beliau sebelumnya.

Semua ijtihad dan pendapat-pendapat Imam Syafi’i sebelum beliau masuk ke Mesir, yaitu mulai tahun187 H hingga 199H dinamakan Qaul Qadim atau Mazhab Qadim. Dan dalam periode tersebut imam Syafi’i menulis kitab Al-Hujjah dan Al-Risalah Al-Qadimah.

Qaul Qadim diriwayatkan oleh sejumlah imam terkemuka, antara lain:

1. Abu Tsur al-Kalbi (w. 240), beliau kemudian mencapai tingkat mujtahid, dan membangun mazhab baru yang dikenal dengan namanya.

2. Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), imam mazhab Hanbali, dan salah satu Imam Hadits.

3. Abu Al-Hussein Al-Karabisi (w. 248 H), salah satu sahabat Imam Syafi’i yang paling terkenal di Irak.

4. Al-Hasan Al-Za’farani (w. 260 H), beliau adalah perawi terakhir Qaul Qadim.

Periwayatan dan penulisan qaul qadim di Irak tidak berlanjut setelah wafatnya Al-Zafarani pada tahun 260 H. Oleh karena itu, untuk membaca kembali qaul qadim dapat merujuk mazhab Imam Ahmad dan mazhab Imam Malik. Sebagian besar fikih imam Syafi’i pada mazhab qadim sesuai dengan mazhab Malik, dan sebagian besar fikih imam Ahmad sependapat dengan mazhab qadim imam Syafi’i.

Ciri khas yang membedakan Qaul Qadim dengan qaul jadid ialah: Qaul Qadim lebih banyak mengutamakan hajat (mura’ah lil hajat) dan menghilangkan kesulitan (raf’u al-masyaqqah). Sedangkan Qaul jadid lebih banyak berhati-hati (ihtiyath).

Apakah imam Syafi’i menarik semua qaul qadim, Baca selengkapnya

Qaul Jadid (199 – 204 H)

Di Mesir, Imam Syafi’i menemukan lingkungan ilmiah untuk berdiskusi dengan murid-murid imam Malik, dan ulama lainnya, inilah salah satu faktor yang membuat Imam Syafi’i meninjau kembali mazhabnya, baik ushul maupun furu’, sehingga banyak ijtihad dan pendapat-pendapat imam Syafi’i berubah. Yang kemudian pendapat-pendapat baru tersebut terkenal dengan nama mazhab jadid atau qaul jadid (pendapat baru).

Imam Syafi’i mendiktekan qaul jadid tersebut kepada murid-murid beliau, dan kemudian dikumpulkan dan dijadikan kitab. Antara yang paling terkenal adalah kitab Al-Umm dalam bidang fikih dan kitab Al-Risalah Al-Jadidah (kitab risalah baru) dalam bidang Ushul fikih.

Qaul jadid diriwayatkan oleh murid-murid beliau di Mesir, yang paling terkenal di antaranya adalah :

1. Abu Ya’qub Al-Buwaithi (w. 232 H). Beliau yang menggantikan posisi imam Syafi’i dalam mengajar dan berfatwa setelah imam Syafi’i wafat.

2. Harmalah bin Yahya al-Tujaibi (w. 243 H).

3. Abu Ibrahim Al-Muzani (w. 264 H). Penulis kitab Mukhtasar Al-Muzani. Beliau yang menggantikan imam Al-Buwaithi dalam mengajar dan berfatwa. Imam Syafi’i berkata: “al-Muzani jika mendebat setan, niscaya ia akan mengalahkannya.”

4. Al-Rabi’ al-Muradi (w. 270 H).

Kenapa ada istilah qaul qadim dan jadid dalam mazhab Syafi’i, Baca selengkapnya

Lalu, apa yang mendasari perubahan ijtihad imam Syafi’i dari mazhab qadim ke mazhab jadid. Baca selengkapnya 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url