Bantuan Subsidi Upah (BSU): Kewajiban Negara dan Hukum Penerimaan dalam Islam

Bantuan Subsidi Upah (BSU): Kewajiban Negara dan Hukum Penerimaan dalam Islam

Di tengah kondisi ekonomi yang tidak selalu stabil, pemerintah Indonesia meluncurkan program Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk membantu meningkatkan daya beli masyarakat. Bantuan ini diberikan kepada pekerja dan buruh dengan nominal Rp 300 ribu per bulan, dan akan diterima secara sekaligus sebesar Rp 600 ribu di bulan Juni atau Juli.

Tentu saja muncul pertanyaan, bagaimana pandangan Islam terkait penerimaan BSU? Apakah ini kewajiban negara? Apakah hukumnya boleh atau wajib? Mari kita simak penjelasan dari Ketua MUI DKI Jakarta, Dr. KH Muhammad Faiz Syukron Makmun.

BSU: Kewajiban Negara untuk Kesejahteraan Rakyat

Menurut Gus Faiz (sapaan akrab KH Faiz Syukron Makmun) BSU sebenarnya merupakan kewajiban negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

"Tetapi kalau negara memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tentunya tidak lagi menjadi kewajiban negara. Tetapi secara prinsip negara itu berkewajiban mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Maka BSU itu termasuk impelemntasi,"

— Dr. KH Muhammad Faiz Syukron Makmun

Dalam Al-Qur'an, konsep BSU dapat dikaitkan dengan ayat mengenai amanah, seperti dalam surah An-Nisa ayat 58:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa: 58)

Hukum Penerimaan BSU dalam Islam: Mubah, Wajib, atau Dilarang?

Gus Faiz menerangkan bahwa hukum penerimaan BSU secara prinsip adalah mubah, yaitu boleh diambil dan boleh tidak diambil.

“Secara prinsip dia dihukumi mubah, boleh diambil dan boleh tidak diambil,”

— Dr. KH Muhammad Faiz Syukron Makmun

Namun, ada ketentuan yang mengubah hukumnya menjadi wajib. Apabila penerima BSU sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya sendiri, anak, atau istri, maka hukumnya berubah menjadi wajib.

Sebaliknya, bagi mereka yang merasa cukup dan tidak membutuhkan BSU, tidak ada yang salah jika memilih untuk tidak menerimanya.

Manfaatkan BSU untuk Rezeki yang Berkah

Gus Faiz menekankan pentingnya penggunaan BSU untuk kebutuhan pokok, sehingga bantuan tersebut menjadi rezeki yang berkah. Bagi kepala keluarga, BSU idealnya digunakan untuk menyejahterakan keluarganya. Bagi yang belum menikah, BSU bisa digunakan untuk keperluan yang bermanfaat untuk masa depan.

Waspadai Prohibited Use of BSU

Islam melarang penggunaan BSU untuk hal-hal yang syirik, maksiat, atau menyimpang dari ketentuan agama. Sebagai contoh, penggunaan BSU untuk judi online merupakan perbuatan yang terlarang.

Dalam surah Al Maidah ayat 90 Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al Maidah: 90)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak